Sabtu, 20 Juni 2020

Mau Tahu Ragam Tulisan Non Fiksi ?




Mau tahu lebih jauh tentang Ragam tulisan non fiksi ? mari kita belajar bersama ibu siska, siapa ibu siska ? wa...h tunggu dulu. yang jelas ini dengan  antengnya saya ikuti rombongan 9 bus menulis, kali ini dengan guide speaker yang cantik, energik, gaya bicaranya yang aduhai. Jadi semua anggota bus serasa tersirap asyik ikuti arahan beliau. Bener-bener malam ini malam yang menyenangkan sebagaimana hari hari sebelumnya dengan materi berbagi bikin buku. Wau... apalagi dengan connector speaker yang sangat lihai dalam mengatur waktu, sampai tidak terasa pada penghujung materi dan di lanjut di sesi tanya jawab. Pastinya ini semua bisa terlaksana selain atas izin ilahi untuk hamba-hambanya yang mau belajar, juga atas kerja keras Om Jay Cs or personal. Thank you to all of you.

Ya....h Pasti pada penasaran siapa sih guide kita malam ini sampai bikin bus 9 tetap anteng tak satupun ingin berajak dari tempat duduknya. Beliau adalah ibu Siska distiana yang Lahir di klaten, 12 desember 1985, Ibu dari dua anak, bekerja di rumah sebagai content writer dan freelance editor
Bila ingin komunikasi langsung secara personal by number Kontak 081329724184, siskanulis@gmail.com  @siskadistiana

Kenapa sih kita perlu menulis, menyitir sabda rosululloh ikatlah ilmu dengan sebuah tulisan jadi mari kita nulis, knowledge menegement. Sehingga bila ini sebuah perusahaan maka akan mahal harganya. Karena kita mampu memeneg ilmu yang kita miliki dengan baik dan eklusive. Lewat tulisan maka bisa kita pakai sebagai bukti yang nyata apabila kita pernah melakukan sesuatu atau kita pernah pergi ke suatu tempat, apabila ini kita tulis maka itu menjadi bukti otentik dari apa yang telah kita kerjakan. Bahkan lewat tulisan kita bisa legalkan apa yang telah ada pada diri kita.



Macam tulisan secara sederhana ada dua Fiksi dan non fiksi, walau ada orang yang memadukan antara fiksi dan non fiksi atau yang sering di sebut sebagai faksi. Ok kita awali dulu dengan pengertian non fiksi. Menurut KBBI non fiksi artinya karya yang yang tidak bersifat fiksi, yang sering digunakan dalam konten ilmiyah, dan real,  guide sangat yakin apabila semua telah faham akan apa bedanya karya fiksi dan non fiksi. Dimana kalau kita ada karya  yang ngakunya milik kita sendiri ternyata hasil plagiasi atau mengaku hasil karyanya ternyata hasil jiplakan dari karya orang lain maka ini jangan sampai terjadi, sebab semua karya itu harus dipertanggung jawabkan oleh masing masing penulisnya. semoga kita bagian dari orang-orang yang bertanggung jawab. Amin.





Apa saja ragam karya non fiksi ?
Kalau sesuai referensi ya banyak sekali yang termasuk karya non fiksi. Ada beberapa karya non fiksi yang dengan cepat bisa kita tulis dengan cepat dan mudah. Yaitu :  
  • 1    Berita
  • 2.      Esay
  • 3.      Catatan perjalanan
  • 4.      Artikel afirmatif
  • 5.      Bast Practice


Berita adalah sebuah kabar yang trend, yang baru, gres atau di sebut sebagai Hot new, berita yang jelas, cepat, to the point tanpa bertele-tele.
feature : kebalikan dari hot new atau tulisan yang memakai gaya bercerita, dimana pembaca dari membaca feature ada sisi hiburan sehingga tulisannya penuh dengan bunga-bunga atau hiasan-hiasan dalam rangkaian kata-katanya, tidak lugas sehingga penulis dapat menambah beberapa hiasan pada karya ini.Ini contoh feature yang di ambil dari salah satu relawan kemanusian yang bertugas di gerak bareng.



Ragam non fiksi kedua adalah esay : dimana tulisan esay adalah tulisan yang membahas masalah sepintas lalu dari sudut pribadi penulisnya, sehingga di sana di tawarkan sebuah solusi. Nah ini dalam bahasa literasi di sebut sebagai bahasa isay.Berikutnya ibu siska sajikan contoh esay, ini juga tulisan ibu siska sendiri dimana ini pernah di tulis dikompasiana dan ternyata tulisan tersebut di kompasiana yang paling banyak di respon. Dimana ini adalah tulisan tentang tanggapan ibu siska pada sebuah film india. 

Ragam non fiksi berikutnya : sebuah catatan perjalanan atau ulasan apa saja yang di temui pada tempat tersebut juga menjelaskan detail detail perjalanannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh teman-teman bloger yang menuliskan kisah perjalannannya dengan tujuan : siapa tahu nanti ada orang lain yang ingin melakukan perjalannya ke tempat tempat sebagaimana yang telah anda kunjungi. Kebetulan saya juga belum pernah melakukan catatan perjalanan, akunya ibu siska malam ini.

 Terakhir karya non fiksi adalah bast practis. Bast practis adalah pengalaman terbaik untuk di share supaya orang lain mengetahuinya. Menariknya sebuah bast practis itu sering di tulis dalam bentuk formal, namun bast practis ini dapat di tulis atau disajikan dalam bentuk feature. Dalam bast practis kami pernah menyampaikan kisah kisah pendidikan yang renyah untuk di baca sehingga tidak membosankan pembaca. Berikut ini saya contohkan karya bast praktis walaupun saya belum pernah menulis bast practis sendiri.


Mengakhiri dari paparan saya tentang menulis ini, saya ingin dari ungkapan pramundia ananta tour : Orang boleh pandai setinggi langit namun selama ia tidak menulis maka ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Selamat berkarya dan terima kasih kepada semuanya yang telah memulai bekerja untuk menulis.

Sampailah pada Sesi tanya jawab :
Dengan sigap dan santunnya ibu Fatimah dari aceh menyampaikan respon teman-teman yang antusias bertanya  sebagaimana uraian berikut ini :



alhamdulillah sungguh sangat mempersona dan kami semuanya hanyut dalam paparan ibu siska, Hingga kami terpana dan terpesona, terimakasih banyak  ibu, ungkap ibu fatimah dari bis 12. Bener-bener rombongan pimpinan om jay ini sangat terkoordinir, bayangkan dari rombongan 1 sampai 12 semuanya tetap stand by sesuai pada waktunya.
Seiring dengan menunggu pertanyaan dari teman teman, ibu siska sempat menyampaikan mengapa sampai saat ini tidak ngeblog ? Pertama, alhamdulillah sampai saat ini masih banyak yang order jasa penulisan maupun editing, sehingga waktunya banyak terpakai untuk itu dulu. Jujur ibu sika bilang bahwa sudah cukup lama tidak menulis untuk diri sendiri, semoga segera bisa lagi ibu.  
Kedua, ternyata ibu siska lebih memilih platform forum  seperti Kompasiana (walaupun akunnya telah lama nggak aktif juga, karena alasan pertama tadi), karena kemungkinannya lebih besar untuk tulisannya lebih cepat dan banyak terbaca oleh orang lain. Dan apa motivasi ibu siska dalam menulis : Pertama, karena senang menulis. Kedua, untuk mengaktifkan otaknya
Tiba-tiba datanglah pertanyaan dari ibu Nanik Yuliani Asal Mataram : Tulisan mbak Siska begitu bermutu. Apa langkah langkah atau persiapan mbak Siska saat akan membuat sebuah tulisan. Terimakasih
Dan  masyaAllah... mengawali jawaban ibu siska untuk pertanyaan ibu nanik ini. Kemudian lanjutnya - Yang paling awal saya lakukan adalah mengeluarkan apa yang berseliweran di pikiran saya Bu. Misalnya saya akan menulis tentang virus corona, maka semua yang saya pikirkan tentang itu saya tulis dulu. Biasanya saya menggunakan mind mapping sederhana untuk itu. Hal ini saya lakukan agar ketika saya menulis nanti saya tidak "tersesat" dan tidak ada informasi yang ingin saya sampaikan kemudian terlewat saya tuliskan. Pada dasarnya di sini saya sedang membuat kerangka tulisan, hanya dalam bentuk sangat sederhana dan "kasaran". Setelah semua isi pikiran saya keluarkan, lalu saya susun, mana yang akan saya letakkan di bagian pembuka, tengah, dan penutup tulisan.

Pertanyaan berikutnya dari bapak Mardiyanto - Kapuas, kebetulan sama2 berasal dari kota bersinar, yang ingin saya tanyakan Apakah tips atau kiat-kiat untuk untuk menulis Fiksi. Terima kasih. Dan respon beliau : Tentang menulis fiksi, pertama, perlu banyak membaca karya fiksi juga untuk memicu otak kita berimajinasi dan membangun cerita yang menarik. Terkadang saat hendak menulis fiksi kita ingin menyajikan konflik yang menarik agar pembaca bisa menikmati karya kita. Nah, saking ngêbêt-nya untuk itu, kita suka berpikir jauh dan mengawang-awang, akhirnya kadang tersesat.

Tersesat ? Maksudnya tersesat pada konflik yang kita tidak pahami. Nah, tips berikutnya adalah, ambil konflik dari keseharian kita dan hal-hal yang dekat dengan kita. Misal, saya seorang ibu rumah tangga, maka jalan cerita yang saya bangun, konfliknya, ya tidak jauh dari kehidupan berumah tangga... Demikian kiranya Pak Mardiyanto
alhamdulillah kita lanjutkan
pertanyaan dari ibu Aning S, Pati dari Rombongan Bus 12 : Apakah artikel informatif itu bisa mendapatkan nilai dalam PAK jika artikelnya tidak sesuai mapel, dan dimana artikel itu bisa dipublikasikan? Terima kasih. Dalam artikel informatif biasanya kita menyampaikan informasi atau pengetahuan kepada khalayak tentang suatu hal. Misal bagaimana cara mengajar dengan menyenangkan. Menurut saya, seharusnya bisa dapat nilai dalam PAK, Bu. Karena apa? Karena melalui tulisan itu Ibu bisa mengarahkan khalayak tentang sesuatu. Ibu juga bisa menjawab permasalahan khalayak terhadap sesuatu. Misal, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana mendampingi anak belajar. Kemudian saya googling, eh saya nemu tulisan Ibu tentang itu. Jika saya praktikkan dan kemudian berhasil, maka itu berarti Ibu sudah membantu saya menyelesaikan masalah saya tersebut.

Kemudian di mana bisa dipublikasikan, saat ini media massa mainstream (Kompas, Republika, Tempo, dan lain-lain) sudah membuat wadah jurnalisme warga, seperti Kompasiana (milik Kompas). Di sana kita bisa menulis tentang apa saja, selam itu baik dan informatif. Cara mendaftarnya pun mudah dan gratis. Nah Ibu bisa buat akun di sana, kemudian Ibu tuliskan artikel informatif yang Ibu tulis. Kemungkinannya besar untuk dibaca khalayak jika topik yang Ibu angkat bersifat umum dan informatif.

Ini alamatnya kompasiana ibu: www.kompasiana.com Sampai saat ini sih  Kompasiana memang yang paling besar dibandingkan forum yang lain. Demikian Ibu Aning.  alhamdulillah kita lanjut, kali ini ada pak edi dari bumi aceh. Bagaimana menulis berita yang baik? Pertama harus terpenuhi dulu semua unsur beritanya. Apa itu? 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, dan How). Jadi sebuah berita harus bisa menceritakan siapa melakukan apa, kapan dan di mana dilakukannya, mengapa melakukan itu, dan bagaimana ia melakukannya.

Kedua, ada nilai aktualitas dan faktualitas dalam berita. Aktualitas itu kecepatan berita ditayangkan. Jadi makin cepat sebuah peristiwa diangkat menjadi berita dan ditayangkan/dimuat, akan lebih diminati khalayak. Kemudian faktualitas, ini bicara tentang kebenaran. Jadi sebuah berita harus benar-benar berdasarkan peristiwa nyata. Makin dekat sebuah berita dengan keseharian khalayak, biasanya akan makin diminati. Misal, Pak Edi menuliskan berita tentang seorang guru biologi di Aceh yang berhasil menemukan formulasi vaksin corona. Nah, Rekan-rekan guru lain pastilah akan tertarik untuk membaca itu daripada membaca tentang fashion show yang digelar di New York.

Terakhir, kemampuan menulis kita berbanding lurus dengan kemampuan membaca, saya selalu percaya itu. Jadi, makin banyak Bapak membaca berita, maka Bapak akan lebih mudah memproduksi diksi kata yang menarik pada naskah berita Bapak. Demikian kiranya, Pak Edi. Ibu siska mengakhiri paparannya dalam menjawab pertanyaan pak edi. Ini yang saya bilang bener-bener dengan pertanyaan orang lain ternyata kita dapat tambahan ilmu yang sangat banyak sekali.

alhamdulillah ibu kita lanjut ya ibu, sapa ibu moderator dari bus sebelah. Serasa satu gerbong saja setiap kali pembelajaran ini dilaksanakan. Baik mangga ibu. Slmt malam ibu Siska,penulis bertanggungjawab penuh atas kebenaran informasi,yg saya tanyakan, apakah perlu surat keterangan untuk mempertanggung jawabkan kebenaran itu,kalau perlu bagaimana proses nya? Tanya ibu Lusia.

Halo Ibu Lusia, selamat malam. Terima kasih atas pertanyaannya sapa ibu siska dengan renyahnya sebelum menjawab pertanyaan yang ada. Tentang surat keterangan, jika tidak ada yang menggugat tidak ada surat keterangan pun tak mengapa Bu. Surat keterangan kan biasanya diperlukan untuk ranah hukum ya. Jadi, jika tulisan kita dapat diterima dengan baik, tidak disertai surat keterangan pun tak mengapa.

Lalu bagaimana cara membuat surat keterangan tersebut? Humm... jujur saya belum punya pengalaman juga tentang ini. Namun sepertinya bisa kita cari tahu dari institusi pemerintah yang menangani Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), ada Dirjen Kekayaan Intelektual https://www.dgip.go.id/  Demikian kiranya Ibu Lusia kata ibu siska mengakhiri.

Assalamu alaikum Bu Siska, saya Bu Iin Kediri. (ini dia ibu iin, walau satu kota namun kita belum saling kenal di darat. Salam kenal di udara ibu iin...)  Pencapaian yg luar biasa, berbagai tulisan dihasilkan oleh Bu Siska.  Bisa minta tips awal mulai menulis kapan dan siapa yg membentuk Bu Siska bisa seperti ini.  Dan bagaimana peran sekolah dalam mengasah kemampuan Bu Siska. Ini untuk kita terapkan ke anak dan siswa kita. Terima kasih.

Sugeng dalu Bu Sri. Terima kasih atas pertanyaan Ibu.. Wah, bagus sekali Ibu... TOSS ah, kita senasib. Cara asyik ibu siska membuat bincang-bincang bagi ilmu ini tetap enak walau tidak ada camilan di samping. Hehehe...  Saya juga saat ini sedang rehat jadi content writer Bu. Kemarin sempat ambruk, sebulan Ramadhan saya sakit. Jadi untuk sementara waktu sama suami dilarang menerima kerjaan content writer (CW) dulu.

Memang tantangan kerja CW di situ ya Bu, berkejaran dengan deadline. Namun pelajaran berharga yang saya dapatkan dari sana adalah konsistensi ya Bu. Konsistensi menulis dan mengatur waktu. Jika kita bisa atur setiap hari menulis 1-2 artikel, saya kira tidak akan masalah. Ini yang masih menjadi tantangan saya sih memang. Saya belum lulus di ujian manajemen waktu ini Bu. Demikian kiranya Bu Sri.

Berikutnya pertanyaan dari ibu Titin dr SDIT Annaba Subang dengan pertanyaannya :
1.Kesalahan apa saja yg sering ibu temukan ketika mengedit BP?
2.Bagaimana tips ibu dalam memanajemen waktu ketika menulis dgn pekerjaan ibu lainnya?
Terimakasih. Saya belum pernah secara khusus mengkaji tentang ini sih bu... jadi jawaban saya masih menurut pendapat saya ya...
1. Pertama dan paling banyak terjadi adalah kesalahan teknis penulisan (kata tidak baku, tidak sesuai PUEBI, salah ketik, dan sebagainya). Kedua, kesalahan substansial biasanya berkisar antara kurangnya penjabaran pada "how to"-nya alias bagaimana cara menyelesaikan permasalahannya. Atau kurang menjabarkan metode yang digunakan.

2. Ehehehhee... saya masih merasa belum lulus ujian manajemen waktu ini Bu. Jadi masih berkejar-kejaran antara ngurus rumah, ngasuh anak, sama kerja.  Saya sudah coba buatkan jadwal dan pembagian waktu di ketiga urusan itu, tapi eksekusinya belum oke ini Bu.  Kebetulan saya masih punya balita (3 tahun), jadi jadwal saya masih suka berubah-ubah tergantung mood-nya si Adik ini. Demikian kiranya Ibu.

Syukur alhamdulillah malam ini dapat ilmu tentang tulisan non fiksi secara lebar, luas semoga ini bagian dari yang manfaat sehingga tak cukup berhenti sampai disini. Dan menjadi salah satu amal jariyah yang mengalir sampai akhir nanti. Terima kasih for you all.