Rabu, 05 Agustus 2020

Luangkan Waktu Bukan Menunggu Waktu Luang


Ada beberapa alasan seseorang sehingga tidak melaksanakan aktifitas menulis. Salah satunya adalah alasan tidak adanya waktu luang. Benarkah alasan  ini?? Mari kita cermati beberapa aktifitas kita sehingga kita akan menemukan apakah alasan tersebut benar.

Coba cermati waktu anda yang 24 jam, apakah benar-benar anda sibuk sehingga tidak memiliki waktu luang untuk sekedar menulis. Menurut Dr. Ngainun Naim Jika profesi anda sebagaimana mas menteri maka percaya apabila waktu anda betul-betul tiada waktu luang. Sibuk dan bahkan sangat sibuk namun apabila bukan berada di posisi itu maka tidak mungkin jika anda tidak memiliki waktu luang namun yang ada anda tidak mau meluangkan waktu.


Coba cermati kehidupan para pakar menulis apakah mereka pengangguran? Apakah mereka memiliki waktu longgar alias tidak padat? Maka jawabnya adalah semua dari waktu mereka penuh dengan berbagai aktifitas, sibuk dengan berbagai aktifitas dari pagi hingga malam namun mereka mampu meluangkan waktu luang.

Kemampuan kita dalam meluangkan waktu adalah salah satu kunci untuk mendorong kita dalam menghasilkan karya. Coba di renungkan pada masa pandemi ini dimana kita tidak harus bekerja di kantor melainkan dapat lakukan WFH  (Work From Home) namun berapa karya yang telah anda hasilkan?

Berapa buku yang telah kita baca? Berapa tulisan yang telah kita hasilkan? Pastilah masih sama sebagaimana biasanya sehingga dalam kondisi bagaimanapun sibuk atau longgar pastinya kita harus luangkan waktu untuk berkarya tanpa meluangkan waktu pastilah tidak ada atau tidak banyak karya yang akan kita dapatkan.  Jadi dalam hal ini pesan Bapak Dr. Ngainun Naim tetap Luangkan Waktu Anda Untuk Menulis Dan Jangan Menunggu Waktu Luang.

Apabila telah meluangkan waktu untuk menulis pastinya harus menghilangkan sifat malu namun bukan berarti endingnya tidak punya malu. 
Masih menurut Dr. Nainun Naim bahwa dalam hal menulis ada 4 Level Malu. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas lebih lanjut tentang hal ini. 

1. Malu Untuk Menulis
    Malu di sini dalam arti malu menulis adalah malu level pertama artinya : akan menulis saja malu belum sampai di baca oleh pembaca namun untuk menuangkan idenya saja malu sehingga kalau sudah malu mana mungkin bisa menuangkan idenya dalam tulisan.

2. Malu Bila Tulisannya akan di baca oleh orang lain. 
    Ada yang berpendapat bila saya menulis nanti kalau di baca seseorang, takutnya di tertawakan, takutnya bahsanya susah dimengerti atau malah ditertawakan. jadi dari pada muncul bahasa A, B, C dan seterusnya jadi lebih baik tidak menulis. malulah....

level ini apabila melanda seseorang yang menginginkan memiliki tulisan maka selam pendapatnya tersebut masih menyelimuti nya maka tidak mungkin akan memiliki karya sampai kapanpun.

3. Malu yang sudah berkurang, sehingga tetap menulis walaupun ada yang komentar maka anggap itu sebagai motivasinya mau di bilang jelek ya berarti harus berusaha lebih baik lagi, kalaupun di puji ya alhamdulillah namun etap harus belajar dan belajar menulis, menulis dan menulis.

4. level ini adalah level tertinggi yaitu Malu Apabila Tidak Menulis   
Wou.... sungguh bila seseorang yang berminat menulis lantas langsung mampu berada di level ini pastinya tak akan lama dia akan miliki produk sebagai hasil karya yang menakjubkan.