Ada beberapa
alasan seseorang sehingga tidak melaksanakan aktifitas menulis. Salah satunya
adalah alasan tidak adanya waktu luang. Benarkah alasan ini?? Mari kita cermati beberapa aktifitas
kita sehingga kita akan menemukan apakah alasan tersebut benar.
Coba
cermati waktu anda yang 24 jam, apakah benar-benar anda sibuk sehingga tidak
memiliki waktu luang untuk sekedar menulis. Menurut Dr. Ngainun Naim Jika
profesi anda sebagaimana mas menteri maka percaya apabila waktu anda
betul-betul tiada waktu luang. Sibuk dan bahkan sangat sibuk namun apabila
bukan berada di posisi itu maka tidak mungkin jika anda tidak memiliki waktu
luang namun yang ada anda tidak mau meluangkan waktu.
Coba
cermati kehidupan para pakar menulis apakah mereka pengangguran? Apakah mereka
memiliki waktu longgar alias tidak padat? Maka jawabnya adalah semua dari waktu
mereka penuh dengan berbagai aktifitas, sibuk dengan berbagai aktifitas dari
pagi hingga malam namun mereka mampu meluangkan waktu luang.
Kemampuan
kita dalam meluangkan waktu adalah salah satu kunci untuk mendorong kita dalam
menghasilkan karya. Coba di renungkan pada masa pandemi ini dimana kita tidak
harus bekerja di kantor melainkan dapat lakukan WFH (Work From Home) namun berapa karya yang telah
anda hasilkan?
Berapa
buku yang telah kita baca? Berapa tulisan yang telah kita hasilkan? Pastilah masih
sama sebagaimana biasanya sehingga dalam kondisi bagaimanapun sibuk atau
longgar pastinya kita harus luangkan waktu untuk berkarya tanpa meluangkan
waktu pastilah tidak ada atau tidak banyak karya yang akan kita dapatkan. Jadi dalam hal ini pesan Bapak Dr. Ngainun
Naim tetap Luangkan Waktu Anda Untuk Menulis Dan Jangan Menunggu Waktu
Luang.
Apabila telah meluangkan waktu untuk menulis pastinya harus menghilangkan sifat malu namun bukan berarti endingnya tidak punya malu.
Masih menurut Dr. Nainun Naim bahwa dalam hal menulis ada 4 Level Malu. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas lebih lanjut tentang hal ini.
1. Malu Untuk Menulis
Malu di sini dalam arti malu menulis adalah malu level pertama artinya : akan menulis saja malu belum sampai di baca oleh pembaca namun untuk menuangkan idenya saja malu sehingga kalau sudah malu mana mungkin bisa menuangkan idenya dalam tulisan.
2. Malu Bila Tulisannya akan di baca oleh orang lain.
Ada yang berpendapat bila saya menulis nanti kalau di baca seseorang, takutnya di tertawakan, takutnya bahsanya susah dimengerti atau malah ditertawakan. jadi dari pada muncul bahasa A, B, C dan seterusnya jadi lebih baik tidak menulis. malulah....
level ini apabila melanda seseorang yang menginginkan memiliki tulisan maka selam pendapatnya tersebut masih menyelimuti nya maka tidak mungkin akan memiliki karya sampai kapanpun.
3. Malu yang sudah berkurang, sehingga tetap menulis walaupun ada yang komentar maka anggap itu sebagai motivasinya mau di bilang jelek ya berarti harus berusaha lebih baik lagi, kalaupun di puji ya alhamdulillah namun etap harus belajar dan belajar menulis, menulis dan menulis.
4. level ini adalah level tertinggi yaitu Malu Apabila Tidak Menulis
Wou.... sungguh bila seseorang yang berminat menulis lantas langsung mampu berada di level ini pastinya tak akan lama dia akan miliki produk sebagai hasil karya yang menakjubkan.