Kamis, 30 April 2020

Lounching Menulis Al Qur'an MTsN 7 Kediri




Sebanyak 125 siswa siswi MTsN 7 Kediri mengikuti “Lounching Indonesia Menulis Al-Qur’an” dengan obyek buku yasin follow the line, 22 September 2018 akhir pekan yang sangat berbeda dengan hari hari biasanya, suasana Madrasah yang adem, ayem, hikmad,  serasa oksigen masih penuh karena terbatasnya siswa siswi yang berlalu lalang di halaman depan sampai belakang.
Lounching Penulisan Al Qur’an adalah salah satu kegiatan yang di adakan pada akhir pekan ini Sabtu, 22 September 2018. Kegiatan ini serentak di lakukan Kemenag se-Kabupaten Kediri sebanyak 17 titik dan salah satunya adalah di MTsN 7 Kediri bahkan karena bersamaan dengan kegiatan yang lain yang di adakan oleh MTsN 7 Kediri maka kegiatan ini serasa lengkap karena di hadiri sekaligus di buka oleh KaKanKemenag Kabupaten Kediri, Kepala Pendma, Pengawas, dan beberapa Kepala MTsN se-Kab. Kediri.
Kakankemenag Kabupaten Kediri bapak Drs. H. Amir Sholahuddin, M.Pd.I dalam sambutannya menyampaikan bahwa  Moment ini adalah salah satu wahana untuk membekali dan menghantarkan siswa siswi madrasah khususnya, untuk belajar menulis ayat-ayat Al Qur’an sebab sebagai bagian dari keluarga madrasah harus mampu menulis dan membaca Al Qur’an  dengan baik sebagai salah satu bekal hidup bersosial.

Madrasah Ber-Istighosah



"Istighosah” استغاثه  berasal dari kata “al-ghouts” الغوث yang artinya pertolongan, dari potongan kata tersebut maka istighosah dapat di artikan sebagai meminta pertolongan. kegiatan istighosah ini sering di lakukan ketika mempunyai kebutuhan atau hajad yang di rasa besar, sukar atau sulit untuk di wujudkan. MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri adalah salah satu madrasah yang merutinkan kegiatan ini khususnya kelas 9 dimana tidak hanya siswa siswinya saja yang meksanakannya akan tetapi selalu dengan wali siswa dan tokoh masyarakat sekitar (Pondok Pesantren).
Tahun ini istighosah di laksanakan dalam 4 tahap, tahap pertama yaitu mulai  awal semester genap semua siswa siswi kelas 9 sudah di bimbing untuk melaksanakan istighosah oleh guru mapel SKUA (Standar Ketuntasan Ubudiyah dan Akhlaqul Karimah) sesuai jam pelajaran masing masing kelas, yang ke-2 (dua) dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2017 malam jum’at dimana kegiatan ini di ikuti oleh semua keluarga besar MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri yang terdiri dari bapak ibu guru-karyawan, wali kelas 9 khususnya bersama dengan semua wali siswa kelas 9, tidak ketinggalan Komite Madrasah yang di imami langsung oleh KH.Ma’sum Safa’at Pengasuh PP Ruodlotut Tholibin dengan  rangkaian acara : di awali dengan dengan sholat maghrib berjama’ah kemudian diteruskan dengan sholat hajad langsung Istighosah dan dilanjutkan dengan sholat Isya’ berjama’ah dan di tutup dengan Tausiyah KH. Ma’sum Safa’at serta Ramah Tamah bagi semua undangan yang hadir pada acara tersembut. Besok paginya giliran istighosah bersama dengan siswa siswi dan bapak ibu guru yang bertempat di Pondok Pesantren Ruodlotut Tholibin, jika tahun tahun sebelumnya setelah sholat tasbih dan sholat hajad kemudian istighosah dan motivasi moril sebagai persiapan rangkaian Ujian Akhir kemudian selesai namun kali ini sunguh sangat beruntung siswa siswi kelas 9 yang mengikutinya karna baru kali ini KH. Ma’sum Safa’at selain memotivasi juga memberi ijazah mencerdaskan otak diri sendiri untuk bisa dilaksanakan, tetapi pesan beliau jangan sering sering melakukan hal tersebut sebab dapat menumbuhkan sifat Sombong atau congkak sehingga selayaknya hanya sekali dua kali saja.
Rangkaian Istighosah yang ke-4 diadakan selama seminggu sebelum ujian akhir nasional berbasis komputer (UNBK) secara bergiliran semua kelas 9. Semoga Istighosah yang telah dilakukan bersama ini betul betul memberi manfa’at dan mempermudah kesulitan semua keluarga besar MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri khususnya siswa siswi kelas 9 dan umumnya pada bapak ibu guru, karyawan, siswa siswi kelas 7 dan 8 serta masyarakat sekitar MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri.  . . . .  يارب العا لمينامين . by – Mukhlis.

Ekstra Mengundang Madrasah berkreasi dan berprestasi


Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan tingkat dasar sampai tingkat menengah yang telah banyak berdiri di tengah–tengah masyarakat luas. Ada yang berdiri dan berkontribusi dengan bantuan pemerintah dan ada bahkan lebih banyak yang berdiri di luar bantuan pemerintah yang semua rutinitas pendidikan di dalamnya bercirikan islami, dimana kurikulum yang diajarkan selain pendidikan Agama juga pendidikan umum. Hal yang paling kuat dalam madrasah adalah pembentukan karakter bagi semua insan yang berada didalamnya yaitu siswa siswi, kepala madrasah, guru sampai pada karyawan yang ada.
Saat bangsa dalam kondisi krisis moral yang melanda pejabat, anak-anak, remaja, orang tua dimana sangat santer gaung korupsi, kolusi, nepotisme, narkoba, minum-minuman keras, pembunuhan, free sex, LGBT, dan masih banyak lagi hal yang negatif walau itu sifatnya kecil maka madrasah adalah salah satu lembaga yang di lirik sebagai solusi dari hal tersebut sebagaimana menurut jamal ma’mur asmani (17: 2013) Madrasah diharapkan tidak hanya melahirkan anak anak yang cerdas berfikir akan tetapi mampu bersikap jujur, amanah, benar atas semua yang di lakukan secara pribadi maupun bersama sama. Bahkan output dari madrasah di harap mampu menyelesaikan masalah Ekonomi, Kesejahteraan Sosial Lahir Maupun Bathin demi menuju Insan Kamil dunia sampai akhirat. Untuk mengondisikan hal tersebut maka orientasi keberadaan Madrasah tidak hanya pendidikan yang mengasah otak secara akademik  saja, akan tetapi madrasah harus merealisasikan pembekalan skill kepada anak didiknya lewat beberapa program yang dijalankan sehari harinya. Bukan hanya sebuah rencana atau program yang menempel di dinding  namun aplikasi yang nyata antara lain lewat program Ekstra Kurikuler.
Banyak macam Ekstra kurikuler yang bisa dilaksanakan dalam sebuah madrasah demi mengasah kecerdasan anak didik selain dalam bidang kognitif.  Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (sederajat dengan SD), Madrasah Tsanawiyah (sederajat dengan SMP), Madrasah Aliyah (sederajat dengan SMA) yaitu antara lain :

  •          PMR
  •       Pramuka
  •       Tenis Meja   
  •       Bulu Tangkis
  •       Futshal 
  •          Robotika
  •          Seni Banjari
  •          Seni Rebana
  •          Sablon
  •          Seni Tari   
  •          Boga
  •          Bola Volly
  •          Catur
  •         Seni Baca Al-Qur`an
  •          Kaligrafi
  •          Seni Musik
  •         Tahfidz
  •          Porsigal, Seni Bela Diri
  •          Fashion
  •          Bimbingan Membaca Kitab Kuning (BMKK)
  •          Jurnalistik 
  •        Pidato Bahasa Indonesia
  •        Pidato Bahasa Inggris
  •         Pidato Bahasa Arab
  •      Tata Busana / Menjahit
     dan masih banyak lagi, dimana itu semua adalah kegiatan yang mampu membimbing skill anak didik dan membikin anak sibuk dalam hal yang positif sehingga lambat laun apabila banyak sekolah atau madrasah yang berkenan untuk memperbanyak wadah kreatifitas anak didiknya tak ayal maka akan banyak prestasi yang terukir dari sana. 

Moment Aksioma (Ajang Aksi Seni dan Olahraga  Madrasah) dan Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni) yang diadakan dua tahun sekali secara bergantian selain KSM (Kompetisi Saint Madrasah) - ajang bagi anak didik yang lebih tertarik kepada pelajaran. Maka dapat menjadi Motivasi bagi insan yang berkecimpung di Madrasah. 
#semangatMadrasah
#madrasahlebihbaik-lebihbaikmadrasah


Santri Zaman Now


SANTRI MILENIAL

Identitas santri hari ini telah berbeda status dengan santri jaman dulu. Apabila dulu santri tuntutannya hanya ngaji dan ngaji bahkan tidak harus bisa tetapi yang penting berangkat dan mengikuti prosesi ngaji dan ngaji, soal nanti mau jadi apa ? semua sudah ada yang ngatur dan semua telah di pasrahkan kepada Alloh SWT dengan tidak meninggalkan kewajiban berproses (Semangat Ikhtiar, Sabar, Syukur, Qona’ah Dan Tawakal) walau tidak pernah tahu kepastiannya. Nyatanya telah banyak santri yang hidup tentram sejahtera nyaman dunia dan insyaAlloh plus akhirotnya. Amin ... tanpa bisa diragukan lagi keberadaan santri. Itu dulu... beda dengan sekarang, Santri sekarang tidak cukup hanya pokok ngaji namun harus benar-benar belajar yang tidak sekedar ngaji akan tetapi sekaligus mengkaji apa yang di ngaji, apa yang di hadapi, apa yang ada di sekitar dan seterunya. Dengan kata lain tidak cukup hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus tahu diri dengan berpikir tentang orang lain serta hamba Alloh SWT yang lain. ini baru santri jaman naw. 

Beberapa bukti hari ini telah banyak santri yang memiliki jabatan dalam pemerintahan maupun di swasta; sebagai penasihat kebijakan pemerintah, sebagai ASN atau pengelola lembaga-lembaga sosial secara luas (urusan kehidupan di dunia sampai akhirat), sebagai pengusaha – tidak sekedar berwirausaha, sebagai penguat laju ekonomi yang tidak hanya dilingkungannya sendiri akan tetapi sampai dibeberapa wilayah, sebagai pelaku dan pengembang pendidikan, sebagai ahli politik yang berperan aktif, dan masih banyak lagi kiprah santri saat ini. Fenomena ini tidak lepas dari kondisi pesantren yang semakin terbuka dalam membimbing santri maupun dalam berinteraksi dan bersinergi dengan pihak luar baik dengan pemerintah maupun non pemerintah (Zamakhsyari Dhofier : 1994) walaupun memang tidak semua santri get lucky sehingga terlihat sebagaimana ungkapan di atas.     

Seiring dengan tuntutan zaman, pulang nyantri - santri tidak hanya di tuntut mampu ngimami sholat namun selayaknya mampu jadi tauladan bagi siapapun yang berada disekitarnya bahkan sebagaimana yang disampaikan oleh Muhammad Syahrul Ramadan (15 jan 2020) mengutip sambutan staf khusus presiden - bapak Aminuddin Ma’ruf dalam lawatannya di PonPes. Al-Falah Modern, Jatirokeh Songgom Brebes. Yang memotivasi santri untuk siap mengelola sumber daya ekonomi strategis bahkan mampu memimpin negara. Sehingga santri ke depan mampu berperan aktif tidak hanya sebatas membela negara dan menjaga negara. Otomatis harapan ini menuntut pesantren untuk semakin berfikir terbuka dalam menyiapkan generasi yang mumpuni.

Apapun kata yang dipakai dalam menggambarkan zaman, namun kewajiban santri untuk ngaji tetap dilaksanakan bahkan tidak hanya ngaji dan ngaji akan tetapi juga mengkaji baik secara teori maupun secara riil sehingga walau posisi masih sebagai santri namun bisa jadi telah berpengalaman secara langsung, hal ini pastinya demi modal awal investasi masa depan, memang tidak semua santri berkesempatan merasakan hal tersebut namun semua juga bergantung dari SDM santri dan menegement masing masing pesantren yang menjadi pilihan individu santri. Sehingga setelah santri kembali ke daerah masing-masing minimal sudah tidak asing dengan kondisi yang dihadapinya dan mampu memilih untuk mandiri atau bekerja sama dengan pihak lain khususnya masalah ekonomi rumah tangga .

Banyak kegiatan santri sehari-hari di pesantren yang telah menjadi tradisi yang berhikmah. Sebagaimana antri (baca Antri membentuk 10 Karakter Pribadi, Pernahkah anda antri ?) tatib santri yang berfungsi sebagai pemantau dan pemelihara santri untuk tidak keluar dari ketentuan pesantren sampai pada syariah islam khususnya, Makan berjama’ah (hemmm.... tidak hanya sholat yang berjama’ah ternyata ...) ta’zir, ghosob, lalaran, dan masih banyak lagi. Dimana istilah-istilah tersebut belum tentu dimengerti oleh seseorang yang tidak pernah tinggal di pesantren atau nyantri.

Zaman tehnologi, menuntut santri melek bertehnologi, era digital – menutut santri lebih akrab dengan komunikasi, namun semua harus bijak dalam memanfaatkannya sebagaimana dengan media tehnologi, santri dengan mudah bisa berbagi ilmu, berda’wah, beriklan, bersosial bahkan bisa memperlancar tali silaturrahmi seseorang bahkan dengan media pula santri bisa berprestasi. Wallohua’lam bissowab.

#BersamaSantriDamailahNegeriIni
#jangankotorinamasantridengantindakantaktahudiri
#maribelajarintropeksidiri

Antri yang membawa hikmah, Pernahkan anda Antri ?

Antri membentuk 10 Karakter Pribadi
Pernahkah anda antri ?
 
Tidak semua orang suka ber-antri ria. Dan tidak semua orang bisa merasakan antri sebagaimana santri yang setiap saat harus menjalaninya walau sudah banyak fasilitas yang di sediakan. Budaya antri bagi santri bukan hal yang asing apalagi istimewa, sebab setiap aktifitas yang di realisasikan sehari hari hampir semuanya dilalui dengan antri terlebih dahulu. Mulai dari bangun tidur, mandi, makan, cuci tangan cuci baju, walau dalam pagi-pagi buta sudah siap tetapi tetap harus antri saja kecuali yang benar-benar datang pertama – for the fast. Sholat subuh sebagai moment pertama atau kedua setelah bangun pagi yang diawali dengan wudhu – di tempat inipun banyak yang tidak lolos dari antri. Mengaji pagi dengan sistem sorogan atau  bandongan juga antri nunggu gilirannya.

Konsumsi pagi sampai malam hampir semua pesantren baik yang salaf maupun yang modern saat ini telah banyak menerapkan sistim kos dimana santri tanpa harus repot-repot masak sendiri akan tetapi telah terpenuhi kebutuhan pokoknya lewat jasa indekos makan dimana hal ini santri harus mengikuti menegement yang telah di atur oleh pihak pesantren, ada pesantren yang menyediakan kantin dimana semua santri bisa memenuhi kebutuhannya di kantin tersebut atau langsung sistim kos yang di kelola oleh pengurus atau pengasuh pesantren. Sebelum berangkat ke madrasah atau sekolah formal (bagi yang sekolah) santri akan antri kamar mandi kemudian mengambil konsumsi, yang semuanya diwarnai dengan antri.
Takjubnya lagi  rutinitas antri ini telah menjadi budaya santri yang tidak tertulis namun tertib untuk dilaksanakan dan lewat antri ternyata mampu membentuk karakter santri. Sebulan – dua bulan, setahun – tiga tahun bisa jadi ada yang enam tahun bahkan lebih rutinitas antri akan menghiasi hari-hari santri selama hidup di pesantren, karena antri sehingga yang dialami santri otomatis tidak akan sama dan secara tidak langsung membimbing santri untuk latihan sabar, solidaritas-tasamuh, saling tolong menolong-ta’awun, sehingga tanpa terasa karakter itu akan terbentuk pada jiwa santri, walau tidak semua santri mampu mengambil pelajaran dari antri namun suatu saat ketika bersosial dengan masyarakat luas, santri akan lebih mampu bersikap sebagaimana karakter yang terbentuk sebelumnya. Kondisi antri ini tidak hanya hadir ketika akan memakai fasilitas pesantren saja bahkan fasilitas milik pribadipun bisa di antri teman teman sesama santri. 

Dalam ber-antri seseorang harus berlaku sabar sampai datang waktu gilirannya tanpa ada ulah mengeluh, berontak apalagi protes minta duluan walau resikonya ketika datang gilirannya pas sesuatu yang di antrinya habis, seperti antri kamar mandi, antri ambil konsumsi, antri bak cuci, antri wudhu, belajar - ngaji sorogan aja juga ngantri ; yang pasti  dalam antri harus mampu bersabar bahkan sangat sabar, bila tidak mampu bersabar maka tidak mungkin bisa antri dengan baik dan sepanjang apapun antriannya tetap tidak akan menimbulkan rasa khawatir, risau, resah, gelisah, galau bahkan pertengkaran, perkelahian apalagi dendam sebab setiap santri yang solider mendapat giliran awal pasti tetap akan memikirkan kondisi teman-temannya sehingga endingnya tidak ada minimal berkurangnya teman yang mendapat ta’zir (di hukum) apalagi kena gudiken (penyakit kulit yang hampir identik dengan kehidupan santri-yang tidak semua santri kena maaf ) gara gara antri kamar mandi yang panjang, jadi malas mandi atau tetap antri akan tetapi kehabisan air sehingga tetap tidak jadi mandi, baju jarang di cuci sehingga muncul aroma yang menyumbat inspirasi. He...he pengalaman nyanding teman yang enjoy dalam kondisi ini.    

Secara tidak langsung ada pesan dalam ber-antri yaitu untuk ikhtiar dan berfikir keras  bagaimana caranya supaya tidak mendapat antri paling belakang ? maka santri harus datang duluan, datang lebih awal, rela bangun pagi, sehingga tanpa menunggu perintah, santri secara individu harus berfikir dan action langsung untuk mengantisipasi dari antrian yang panjang dan resikonya akan terlambat dalam melaksanakan kegiatan berikutnya. Nah ... sebagai santri yang hidup mandiri tanpa didampingi orang tua maka untuk mendapatkan kondisi antri yang nyaman bisa juga kerja sama dengan teman-temannya sesama santri, dalam hal ini tanpa ungkapan apapun dan dari siapapun maka santri tertuntut untuk solidaritas kepada sesama. Dengan solidaritas santri akan miliki sikap saling menjaga, saling membantu, saling ngeman bahkan menghargai santri yang lain layaknya menghargai diri sendiri. Dalam kondisi nyantri atau tinggal di pesantren maka lewat santri yang solidaritas kepada sesama akan hadirkan kenyamanan hati dan bikin betah tinggal di pesantren walau tanpa orang tua atau keluarga sedarah.

Ta’awun yaitu sikap saling tolong menolong, untuk mencapai sesuatu dengan mudah minimal lancar antrinya, walau ada penghalang-kesulitan akan tetapi menjadi hal yang tidak berarti ketika dilakukan secara bersama saling tolong menolong sehingga sebagaimana falsafah siapa yang terbiasa menolong maka akan biasa pula dia mendapatkan pertolongan.

Antri juga dapat menggiring santri untuk bersyukur. Bersyukur ketika mendapat kemudahan antri sebab tidak semua yang antri akan dengan mudah mencapai tujuannya walau telah menempuh antrian yang lama tapi belum tentu yang di tuju selalu mulus didapatkan. Bisa juga santri akan bersyukur karena puas dengan ikhtiarnya, kerja kerasnya, atau karena solidaritas teman temannya.

Qona’ah adalah karakter berikutnya yang bisa terbentuk dalam rutinitas antri, karena seringnya antri sehingga hafal dengan kebiasaan suasana antri, apalagi ketika telah ikhtiar dimana usaha yang dilakukan tidak asal asalan karena sebelum antri mungkin rela bangun lebih awal, berusaha datang awal namun karena kondisi juga akhirnya tetap harus qona’ah menerima kondisi yang tidak sesuai dengan yang di angan-angannya. Memang tidak semua person dapat dengan mudah berqona’ah layaknya bagi mereka yang tidak mampu menahan emosinya sehingga mudah lepaskan kemarahannya yang bisa jadi menimbulkan pertengkaran perkelahian bahkan bisa berlanjut pada dendam berkelanjutan.

Nah... ketika mampu memeneg emosinya ke arah qona’ah lambat laun dapat di giring kepada kondisi ikhlas – rela menerima. Sehingga lengkap, lewat aktifitas antri yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan santri di pesantren maka pelan tapi pasti telah melatih santri untuk tawakkal dimana seseorang bisa dikategorikan bertawakal karena telah ikhtiar dengan sungguh-sungguh, sabar, syukur, qona’ah dan ikhlas dan bonusnya akan terbiasa bersikap toleransi, tolong menolong kepada sesama dimanapun dia berada apalagi jika santri tersebut mau membiasakan diri merenung atau berfikir dengan berbagai hal yang terjadi pada diri sendiri maupun yang ada dilingkungannya sekitarnya sehingga lambat laun faham dan tidak mudah menyalahkan kondisi apalagi menyalahkan orang lain apabila ada maksud yang belum tercapai sesuai dengan target yang di milikinya.    

Rutinitas antri juga akan mencetak karakter anak menjadi mandiri. Sama halnya peristiwa-peristiwa sosial yang tanpa di sangka sangka menghadirkan masalah apalagi ketika muncul kondisi alam yang tidak bersahabat dengan tujuan kita seperti hujan lebat, angin kencang, panas yang sangat, padahal kegiatan yang harus kita lakukan bagian dari hal yang wajib dan tidak dapat di tinggalkan, sehingga menuntut untuk berpikir cepat dalam mencari solusi diri. Naa...h dalam kondisi – kondisi seperti itu akan memunculkan kekuatan dan kemampuan diri tanpa harus menunggu orang lain.   

Sungguh berbahagialah insan yang di beri kesempatan untuk merasakan antri bahkan sampai terasa membosankan bagi yang tidak longgar hatinya ketika antri atau ketika bersamaan dengan kebutuhan yang susah untuk di tahan (baca kebelet) sehingga membuat hati yang tidak nyaman, tidak menerima atau rasa-rasa yang lain yang akan hadir. 
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa antri apabila di terima dengan positif thingking akan membentuk 10 karakter pribadi seseorang  yaitu : 
  1. Sabar 
  2. Ikhtiar dan berpikir keras 
  3. Hadirkan sifat solidaritas tinggi (Tasamuh) -  kesadaran diri 
  4. Ta’awun – sikap tolong menolong 
  5. Tumbuhkan sifat syukur 
  6. Qona’ah 
  7. Ikhlas – rela 
  8. Semangat tinggi - motivasi diri tidak mudah putus asa 
  9. Tidak mudah menyalahkan kondisi dan orang lain 
  10. Mandiri.


Adapun antri yang di hadapi dengan negatif thingking – hati yang tidak lapang maka akan tumbuhkan penyakit hati yang bisa menyulut problem kehidupan secara pribadi maupun sosial. Antara lain : 
  • Jenuh
  • Jengkel/Kesal
  • Permusuhan bahkan bisa membakin seseorang Dendam 

   Memang tanpa adanya berpikir secara logis dan sebuah pengamatan yang panjang maka tidak akan hadir karakter pribadi yang karimah sebagai perwujudan dari aplikasi antri. Wallohu a’lam bissowab.

Stay at home

          Hampir semua lini telah lebih dari satu setengah bulan tepatnya mulai tanggal 15 Maret 2020 selalu saling mengingatkan untuk tinggal di rumah, stay at home sehingga banyak aktifitas mulai disosialisasikan dapat dilakukan dari rumah atau dari masing-masing tempat tinggalnya tanpa harus keluar rumah. Anjuran ini tidak pandang bulu  dalam arti kepada siapun diberlakukan. akan lebih ketat lagi ketika dalam satu wilayah atau lokasi itu telah ada yang terjangkit covid 19 maka semua komunitas dilokasi tersebut akan dirumahkan, mulai senin yang lalu surabaya, sidoarjo dan gresik telah berubah status menjadi PSBB (pembatasan ...). Secara lahiriyah kelihatan kondisi ini menyulitkan kita yang tidak terkena wabah alias bag yang sehat namun semua ini tetap ada hikmahnya dan sebagaimana dalam firman Alloh dalam QS.    bahwa hanya pada manusia yang mau berfikir yang akan mengerti akan hikmah Alloh berikan.  Dalam