Kamis, 30 April 2020

Lounching Menulis Al Qur'an MTsN 7 Kediri




Sebanyak 125 siswa siswi MTsN 7 Kediri mengikuti “Lounching Indonesia Menulis Al-Qur’an” dengan obyek buku yasin follow the line, 22 September 2018 akhir pekan yang sangat berbeda dengan hari hari biasanya, suasana Madrasah yang adem, ayem, hikmad,  serasa oksigen masih penuh karena terbatasnya siswa siswi yang berlalu lalang di halaman depan sampai belakang.
Lounching Penulisan Al Qur’an adalah salah satu kegiatan yang di adakan pada akhir pekan ini Sabtu, 22 September 2018. Kegiatan ini serentak di lakukan Kemenag se-Kabupaten Kediri sebanyak 17 titik dan salah satunya adalah di MTsN 7 Kediri bahkan karena bersamaan dengan kegiatan yang lain yang di adakan oleh MTsN 7 Kediri maka kegiatan ini serasa lengkap karena di hadiri sekaligus di buka oleh KaKanKemenag Kabupaten Kediri, Kepala Pendma, Pengawas, dan beberapa Kepala MTsN se-Kab. Kediri.
Kakankemenag Kabupaten Kediri bapak Drs. H. Amir Sholahuddin, M.Pd.I dalam sambutannya menyampaikan bahwa  Moment ini adalah salah satu wahana untuk membekali dan menghantarkan siswa siswi madrasah khususnya, untuk belajar menulis ayat-ayat Al Qur’an sebab sebagai bagian dari keluarga madrasah harus mampu menulis dan membaca Al Qur’an  dengan baik sebagai salah satu bekal hidup bersosial.

Madrasah Ber-Istighosah



"Istighosah” استغاثه  berasal dari kata “al-ghouts” الغوث yang artinya pertolongan, dari potongan kata tersebut maka istighosah dapat di artikan sebagai meminta pertolongan. kegiatan istighosah ini sering di lakukan ketika mempunyai kebutuhan atau hajad yang di rasa besar, sukar atau sulit untuk di wujudkan. MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri adalah salah satu madrasah yang merutinkan kegiatan ini khususnya kelas 9 dimana tidak hanya siswa siswinya saja yang meksanakannya akan tetapi selalu dengan wali siswa dan tokoh masyarakat sekitar (Pondok Pesantren).
Tahun ini istighosah di laksanakan dalam 4 tahap, tahap pertama yaitu mulai  awal semester genap semua siswa siswi kelas 9 sudah di bimbing untuk melaksanakan istighosah oleh guru mapel SKUA (Standar Ketuntasan Ubudiyah dan Akhlaqul Karimah) sesuai jam pelajaran masing masing kelas, yang ke-2 (dua) dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2017 malam jum’at dimana kegiatan ini di ikuti oleh semua keluarga besar MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri yang terdiri dari bapak ibu guru-karyawan, wali kelas 9 khususnya bersama dengan semua wali siswa kelas 9, tidak ketinggalan Komite Madrasah yang di imami langsung oleh KH.Ma’sum Safa’at Pengasuh PP Ruodlotut Tholibin dengan  rangkaian acara : di awali dengan dengan sholat maghrib berjama’ah kemudian diteruskan dengan sholat hajad langsung Istighosah dan dilanjutkan dengan sholat Isya’ berjama’ah dan di tutup dengan Tausiyah KH. Ma’sum Safa’at serta Ramah Tamah bagi semua undangan yang hadir pada acara tersembut. Besok paginya giliran istighosah bersama dengan siswa siswi dan bapak ibu guru yang bertempat di Pondok Pesantren Ruodlotut Tholibin, jika tahun tahun sebelumnya setelah sholat tasbih dan sholat hajad kemudian istighosah dan motivasi moril sebagai persiapan rangkaian Ujian Akhir kemudian selesai namun kali ini sunguh sangat beruntung siswa siswi kelas 9 yang mengikutinya karna baru kali ini KH. Ma’sum Safa’at selain memotivasi juga memberi ijazah mencerdaskan otak diri sendiri untuk bisa dilaksanakan, tetapi pesan beliau jangan sering sering melakukan hal tersebut sebab dapat menumbuhkan sifat Sombong atau congkak sehingga selayaknya hanya sekali dua kali saja.
Rangkaian Istighosah yang ke-4 diadakan selama seminggu sebelum ujian akhir nasional berbasis komputer (UNBK) secara bergiliran semua kelas 9. Semoga Istighosah yang telah dilakukan bersama ini betul betul memberi manfa’at dan mempermudah kesulitan semua keluarga besar MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri khususnya siswa siswi kelas 9 dan umumnya pada bapak ibu guru, karyawan, siswa siswi kelas 7 dan 8 serta masyarakat sekitar MTsN Jombang Kauman Kab. Kediri.  . . . .  يارب العا لمينامين . by – Mukhlis.

Ekstra Mengundang Madrasah berkreasi dan berprestasi


Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan tingkat dasar sampai tingkat menengah yang telah banyak berdiri di tengah–tengah masyarakat luas. Ada yang berdiri dan berkontribusi dengan bantuan pemerintah dan ada bahkan lebih banyak yang berdiri di luar bantuan pemerintah yang semua rutinitas pendidikan di dalamnya bercirikan islami, dimana kurikulum yang diajarkan selain pendidikan Agama juga pendidikan umum. Hal yang paling kuat dalam madrasah adalah pembentukan karakter bagi semua insan yang berada didalamnya yaitu siswa siswi, kepala madrasah, guru sampai pada karyawan yang ada.
Saat bangsa dalam kondisi krisis moral yang melanda pejabat, anak-anak, remaja, orang tua dimana sangat santer gaung korupsi, kolusi, nepotisme, narkoba, minum-minuman keras, pembunuhan, free sex, LGBT, dan masih banyak lagi hal yang negatif walau itu sifatnya kecil maka madrasah adalah salah satu lembaga yang di lirik sebagai solusi dari hal tersebut sebagaimana menurut jamal ma’mur asmani (17: 2013) Madrasah diharapkan tidak hanya melahirkan anak anak yang cerdas berfikir akan tetapi mampu bersikap jujur, amanah, benar atas semua yang di lakukan secara pribadi maupun bersama sama. Bahkan output dari madrasah di harap mampu menyelesaikan masalah Ekonomi, Kesejahteraan Sosial Lahir Maupun Bathin demi menuju Insan Kamil dunia sampai akhirat. Untuk mengondisikan hal tersebut maka orientasi keberadaan Madrasah tidak hanya pendidikan yang mengasah otak secara akademik  saja, akan tetapi madrasah harus merealisasikan pembekalan skill kepada anak didiknya lewat beberapa program yang dijalankan sehari harinya. Bukan hanya sebuah rencana atau program yang menempel di dinding  namun aplikasi yang nyata antara lain lewat program Ekstra Kurikuler.
Banyak macam Ekstra kurikuler yang bisa dilaksanakan dalam sebuah madrasah demi mengasah kecerdasan anak didik selain dalam bidang kognitif.  Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (sederajat dengan SD), Madrasah Tsanawiyah (sederajat dengan SMP), Madrasah Aliyah (sederajat dengan SMA) yaitu antara lain :

  •          PMR
  •       Pramuka
  •       Tenis Meja   
  •       Bulu Tangkis
  •       Futshal 
  •          Robotika
  •          Seni Banjari
  •          Seni Rebana
  •          Sablon
  •          Seni Tari   
  •          Boga
  •          Bola Volly
  •          Catur
  •         Seni Baca Al-Qur`an
  •          Kaligrafi
  •          Seni Musik
  •         Tahfidz
  •          Porsigal, Seni Bela Diri
  •          Fashion
  •          Bimbingan Membaca Kitab Kuning (BMKK)
  •          Jurnalistik 
  •        Pidato Bahasa Indonesia
  •        Pidato Bahasa Inggris
  •         Pidato Bahasa Arab
  •      Tata Busana / Menjahit
     dan masih banyak lagi, dimana itu semua adalah kegiatan yang mampu membimbing skill anak didik dan membikin anak sibuk dalam hal yang positif sehingga lambat laun apabila banyak sekolah atau madrasah yang berkenan untuk memperbanyak wadah kreatifitas anak didiknya tak ayal maka akan banyak prestasi yang terukir dari sana. 

Moment Aksioma (Ajang Aksi Seni dan Olahraga  Madrasah) dan Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni) yang diadakan dua tahun sekali secara bergantian selain KSM (Kompetisi Saint Madrasah) - ajang bagi anak didik yang lebih tertarik kepada pelajaran. Maka dapat menjadi Motivasi bagi insan yang berkecimpung di Madrasah. 
#semangatMadrasah
#madrasahlebihbaik-lebihbaikmadrasah


Santri Zaman Now


SANTRI MILENIAL

Identitas santri hari ini telah berbeda status dengan santri jaman dulu. Apabila dulu santri tuntutannya hanya ngaji dan ngaji bahkan tidak harus bisa tetapi yang penting berangkat dan mengikuti prosesi ngaji dan ngaji, soal nanti mau jadi apa ? semua sudah ada yang ngatur dan semua telah di pasrahkan kepada Alloh SWT dengan tidak meninggalkan kewajiban berproses (Semangat Ikhtiar, Sabar, Syukur, Qona’ah Dan Tawakal) walau tidak pernah tahu kepastiannya. Nyatanya telah banyak santri yang hidup tentram sejahtera nyaman dunia dan insyaAlloh plus akhirotnya. Amin ... tanpa bisa diragukan lagi keberadaan santri. Itu dulu... beda dengan sekarang, Santri sekarang tidak cukup hanya pokok ngaji namun harus benar-benar belajar yang tidak sekedar ngaji akan tetapi sekaligus mengkaji apa yang di ngaji, apa yang di hadapi, apa yang ada di sekitar dan seterunya. Dengan kata lain tidak cukup hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus tahu diri dengan berpikir tentang orang lain serta hamba Alloh SWT yang lain. ini baru santri jaman naw. 

Beberapa bukti hari ini telah banyak santri yang memiliki jabatan dalam pemerintahan maupun di swasta; sebagai penasihat kebijakan pemerintah, sebagai ASN atau pengelola lembaga-lembaga sosial secara luas (urusan kehidupan di dunia sampai akhirat), sebagai pengusaha – tidak sekedar berwirausaha, sebagai penguat laju ekonomi yang tidak hanya dilingkungannya sendiri akan tetapi sampai dibeberapa wilayah, sebagai pelaku dan pengembang pendidikan, sebagai ahli politik yang berperan aktif, dan masih banyak lagi kiprah santri saat ini. Fenomena ini tidak lepas dari kondisi pesantren yang semakin terbuka dalam membimbing santri maupun dalam berinteraksi dan bersinergi dengan pihak luar baik dengan pemerintah maupun non pemerintah (Zamakhsyari Dhofier : 1994) walaupun memang tidak semua santri get lucky sehingga terlihat sebagaimana ungkapan di atas.     

Seiring dengan tuntutan zaman, pulang nyantri - santri tidak hanya di tuntut mampu ngimami sholat namun selayaknya mampu jadi tauladan bagi siapapun yang berada disekitarnya bahkan sebagaimana yang disampaikan oleh Muhammad Syahrul Ramadan (15 jan 2020) mengutip sambutan staf khusus presiden - bapak Aminuddin Ma’ruf dalam lawatannya di PonPes. Al-Falah Modern, Jatirokeh Songgom Brebes. Yang memotivasi santri untuk siap mengelola sumber daya ekonomi strategis bahkan mampu memimpin negara. Sehingga santri ke depan mampu berperan aktif tidak hanya sebatas membela negara dan menjaga negara. Otomatis harapan ini menuntut pesantren untuk semakin berfikir terbuka dalam menyiapkan generasi yang mumpuni.

Apapun kata yang dipakai dalam menggambarkan zaman, namun kewajiban santri untuk ngaji tetap dilaksanakan bahkan tidak hanya ngaji dan ngaji akan tetapi juga mengkaji baik secara teori maupun secara riil sehingga walau posisi masih sebagai santri namun bisa jadi telah berpengalaman secara langsung, hal ini pastinya demi modal awal investasi masa depan, memang tidak semua santri berkesempatan merasakan hal tersebut namun semua juga bergantung dari SDM santri dan menegement masing masing pesantren yang menjadi pilihan individu santri. Sehingga setelah santri kembali ke daerah masing-masing minimal sudah tidak asing dengan kondisi yang dihadapinya dan mampu memilih untuk mandiri atau bekerja sama dengan pihak lain khususnya masalah ekonomi rumah tangga .

Banyak kegiatan santri sehari-hari di pesantren yang telah menjadi tradisi yang berhikmah. Sebagaimana antri (baca Antri membentuk 10 Karakter Pribadi, Pernahkah anda antri ?) tatib santri yang berfungsi sebagai pemantau dan pemelihara santri untuk tidak keluar dari ketentuan pesantren sampai pada syariah islam khususnya, Makan berjama’ah (hemmm.... tidak hanya sholat yang berjama’ah ternyata ...) ta’zir, ghosob, lalaran, dan masih banyak lagi. Dimana istilah-istilah tersebut belum tentu dimengerti oleh seseorang yang tidak pernah tinggal di pesantren atau nyantri.

Zaman tehnologi, menuntut santri melek bertehnologi, era digital – menutut santri lebih akrab dengan komunikasi, namun semua harus bijak dalam memanfaatkannya sebagaimana dengan media tehnologi, santri dengan mudah bisa berbagi ilmu, berda’wah, beriklan, bersosial bahkan bisa memperlancar tali silaturrahmi seseorang bahkan dengan media pula santri bisa berprestasi. Wallohua’lam bissowab.

#BersamaSantriDamailahNegeriIni
#jangankotorinamasantridengantindakantaktahudiri
#maribelajarintropeksidiri

Antri yang membawa hikmah, Pernahkan anda Antri ?

Antri membentuk 10 Karakter Pribadi
Pernahkah anda antri ?
 
Tidak semua orang suka ber-antri ria. Dan tidak semua orang bisa merasakan antri sebagaimana santri yang setiap saat harus menjalaninya walau sudah banyak fasilitas yang di sediakan. Budaya antri bagi santri bukan hal yang asing apalagi istimewa, sebab setiap aktifitas yang di realisasikan sehari hari hampir semuanya dilalui dengan antri terlebih dahulu. Mulai dari bangun tidur, mandi, makan, cuci tangan cuci baju, walau dalam pagi-pagi buta sudah siap tetapi tetap harus antri saja kecuali yang benar-benar datang pertama – for the fast. Sholat subuh sebagai moment pertama atau kedua setelah bangun pagi yang diawali dengan wudhu – di tempat inipun banyak yang tidak lolos dari antri. Mengaji pagi dengan sistem sorogan atau  bandongan juga antri nunggu gilirannya.

Konsumsi pagi sampai malam hampir semua pesantren baik yang salaf maupun yang modern saat ini telah banyak menerapkan sistim kos dimana santri tanpa harus repot-repot masak sendiri akan tetapi telah terpenuhi kebutuhan pokoknya lewat jasa indekos makan dimana hal ini santri harus mengikuti menegement yang telah di atur oleh pihak pesantren, ada pesantren yang menyediakan kantin dimana semua santri bisa memenuhi kebutuhannya di kantin tersebut atau langsung sistim kos yang di kelola oleh pengurus atau pengasuh pesantren. Sebelum berangkat ke madrasah atau sekolah formal (bagi yang sekolah) santri akan antri kamar mandi kemudian mengambil konsumsi, yang semuanya diwarnai dengan antri.
Takjubnya lagi  rutinitas antri ini telah menjadi budaya santri yang tidak tertulis namun tertib untuk dilaksanakan dan lewat antri ternyata mampu membentuk karakter santri. Sebulan – dua bulan, setahun – tiga tahun bisa jadi ada yang enam tahun bahkan lebih rutinitas antri akan menghiasi hari-hari santri selama hidup di pesantren, karena antri sehingga yang dialami santri otomatis tidak akan sama dan secara tidak langsung membimbing santri untuk latihan sabar, solidaritas-tasamuh, saling tolong menolong-ta’awun, sehingga tanpa terasa karakter itu akan terbentuk pada jiwa santri, walau tidak semua santri mampu mengambil pelajaran dari antri namun suatu saat ketika bersosial dengan masyarakat luas, santri akan lebih mampu bersikap sebagaimana karakter yang terbentuk sebelumnya. Kondisi antri ini tidak hanya hadir ketika akan memakai fasilitas pesantren saja bahkan fasilitas milik pribadipun bisa di antri teman teman sesama santri. 

Dalam ber-antri seseorang harus berlaku sabar sampai datang waktu gilirannya tanpa ada ulah mengeluh, berontak apalagi protes minta duluan walau resikonya ketika datang gilirannya pas sesuatu yang di antrinya habis, seperti antri kamar mandi, antri ambil konsumsi, antri bak cuci, antri wudhu, belajar - ngaji sorogan aja juga ngantri ; yang pasti  dalam antri harus mampu bersabar bahkan sangat sabar, bila tidak mampu bersabar maka tidak mungkin bisa antri dengan baik dan sepanjang apapun antriannya tetap tidak akan menimbulkan rasa khawatir, risau, resah, gelisah, galau bahkan pertengkaran, perkelahian apalagi dendam sebab setiap santri yang solider mendapat giliran awal pasti tetap akan memikirkan kondisi teman-temannya sehingga endingnya tidak ada minimal berkurangnya teman yang mendapat ta’zir (di hukum) apalagi kena gudiken (penyakit kulit yang hampir identik dengan kehidupan santri-yang tidak semua santri kena maaf ) gara gara antri kamar mandi yang panjang, jadi malas mandi atau tetap antri akan tetapi kehabisan air sehingga tetap tidak jadi mandi, baju jarang di cuci sehingga muncul aroma yang menyumbat inspirasi. He...he pengalaman nyanding teman yang enjoy dalam kondisi ini.    

Secara tidak langsung ada pesan dalam ber-antri yaitu untuk ikhtiar dan berfikir keras  bagaimana caranya supaya tidak mendapat antri paling belakang ? maka santri harus datang duluan, datang lebih awal, rela bangun pagi, sehingga tanpa menunggu perintah, santri secara individu harus berfikir dan action langsung untuk mengantisipasi dari antrian yang panjang dan resikonya akan terlambat dalam melaksanakan kegiatan berikutnya. Nah ... sebagai santri yang hidup mandiri tanpa didampingi orang tua maka untuk mendapatkan kondisi antri yang nyaman bisa juga kerja sama dengan teman-temannya sesama santri, dalam hal ini tanpa ungkapan apapun dan dari siapapun maka santri tertuntut untuk solidaritas kepada sesama. Dengan solidaritas santri akan miliki sikap saling menjaga, saling membantu, saling ngeman bahkan menghargai santri yang lain layaknya menghargai diri sendiri. Dalam kondisi nyantri atau tinggal di pesantren maka lewat santri yang solidaritas kepada sesama akan hadirkan kenyamanan hati dan bikin betah tinggal di pesantren walau tanpa orang tua atau keluarga sedarah.

Ta’awun yaitu sikap saling tolong menolong, untuk mencapai sesuatu dengan mudah minimal lancar antrinya, walau ada penghalang-kesulitan akan tetapi menjadi hal yang tidak berarti ketika dilakukan secara bersama saling tolong menolong sehingga sebagaimana falsafah siapa yang terbiasa menolong maka akan biasa pula dia mendapatkan pertolongan.

Antri juga dapat menggiring santri untuk bersyukur. Bersyukur ketika mendapat kemudahan antri sebab tidak semua yang antri akan dengan mudah mencapai tujuannya walau telah menempuh antrian yang lama tapi belum tentu yang di tuju selalu mulus didapatkan. Bisa juga santri akan bersyukur karena puas dengan ikhtiarnya, kerja kerasnya, atau karena solidaritas teman temannya.

Qona’ah adalah karakter berikutnya yang bisa terbentuk dalam rutinitas antri, karena seringnya antri sehingga hafal dengan kebiasaan suasana antri, apalagi ketika telah ikhtiar dimana usaha yang dilakukan tidak asal asalan karena sebelum antri mungkin rela bangun lebih awal, berusaha datang awal namun karena kondisi juga akhirnya tetap harus qona’ah menerima kondisi yang tidak sesuai dengan yang di angan-angannya. Memang tidak semua person dapat dengan mudah berqona’ah layaknya bagi mereka yang tidak mampu menahan emosinya sehingga mudah lepaskan kemarahannya yang bisa jadi menimbulkan pertengkaran perkelahian bahkan bisa berlanjut pada dendam berkelanjutan.

Nah... ketika mampu memeneg emosinya ke arah qona’ah lambat laun dapat di giring kepada kondisi ikhlas – rela menerima. Sehingga lengkap, lewat aktifitas antri yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan santri di pesantren maka pelan tapi pasti telah melatih santri untuk tawakkal dimana seseorang bisa dikategorikan bertawakal karena telah ikhtiar dengan sungguh-sungguh, sabar, syukur, qona’ah dan ikhlas dan bonusnya akan terbiasa bersikap toleransi, tolong menolong kepada sesama dimanapun dia berada apalagi jika santri tersebut mau membiasakan diri merenung atau berfikir dengan berbagai hal yang terjadi pada diri sendiri maupun yang ada dilingkungannya sekitarnya sehingga lambat laun faham dan tidak mudah menyalahkan kondisi apalagi menyalahkan orang lain apabila ada maksud yang belum tercapai sesuai dengan target yang di milikinya.    

Rutinitas antri juga akan mencetak karakter anak menjadi mandiri. Sama halnya peristiwa-peristiwa sosial yang tanpa di sangka sangka menghadirkan masalah apalagi ketika muncul kondisi alam yang tidak bersahabat dengan tujuan kita seperti hujan lebat, angin kencang, panas yang sangat, padahal kegiatan yang harus kita lakukan bagian dari hal yang wajib dan tidak dapat di tinggalkan, sehingga menuntut untuk berpikir cepat dalam mencari solusi diri. Naa...h dalam kondisi – kondisi seperti itu akan memunculkan kekuatan dan kemampuan diri tanpa harus menunggu orang lain.   

Sungguh berbahagialah insan yang di beri kesempatan untuk merasakan antri bahkan sampai terasa membosankan bagi yang tidak longgar hatinya ketika antri atau ketika bersamaan dengan kebutuhan yang susah untuk di tahan (baca kebelet) sehingga membuat hati yang tidak nyaman, tidak menerima atau rasa-rasa yang lain yang akan hadir. 
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa antri apabila di terima dengan positif thingking akan membentuk 10 karakter pribadi seseorang  yaitu : 
  1. Sabar 
  2. Ikhtiar dan berpikir keras 
  3. Hadirkan sifat solidaritas tinggi (Tasamuh) -  kesadaran diri 
  4. Ta’awun – sikap tolong menolong 
  5. Tumbuhkan sifat syukur 
  6. Qona’ah 
  7. Ikhlas – rela 
  8. Semangat tinggi - motivasi diri tidak mudah putus asa 
  9. Tidak mudah menyalahkan kondisi dan orang lain 
  10. Mandiri.


Adapun antri yang di hadapi dengan negatif thingking – hati yang tidak lapang maka akan tumbuhkan penyakit hati yang bisa menyulut problem kehidupan secara pribadi maupun sosial. Antara lain : 
  • Jenuh
  • Jengkel/Kesal
  • Permusuhan bahkan bisa membakin seseorang Dendam 

   Memang tanpa adanya berpikir secara logis dan sebuah pengamatan yang panjang maka tidak akan hadir karakter pribadi yang karimah sebagai perwujudan dari aplikasi antri. Wallohu a’lam bissowab.

Stay at home

          Hampir semua lini telah lebih dari satu setengah bulan tepatnya mulai tanggal 15 Maret 2020 selalu saling mengingatkan untuk tinggal di rumah, stay at home sehingga banyak aktifitas mulai disosialisasikan dapat dilakukan dari rumah atau dari masing-masing tempat tinggalnya tanpa harus keluar rumah. Anjuran ini tidak pandang bulu  dalam arti kepada siapun diberlakukan. akan lebih ketat lagi ketika dalam satu wilayah atau lokasi itu telah ada yang terjangkit covid 19 maka semua komunitas dilokasi tersebut akan dirumahkan, mulai senin yang lalu surabaya, sidoarjo dan gresik telah berubah status menjadi PSBB (pembatasan ...). Secara lahiriyah kelihatan kondisi ini menyulitkan kita yang tidak terkena wabah alias bag yang sehat namun semua ini tetap ada hikmahnya dan sebagaimana dalam firman Alloh dalam QS.    bahwa hanya pada manusia yang mau berfikir yang akan mengerti akan hikmah Alloh berikan.  Dalam   

Rabu, 29 April 2020

Partisipasi Pendidikan dalam Pembangunan

PARTISIPASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBANGUNAN

Partisipasi pendidikan islam dalam proses Pembangunan Nasional adalah merupakan sesuatu yang sangat signifikan bagi terbentuknya kader kader bangsa yang lebih berkwalitas. Dalam pembentukan kader-kader bangsa tersebut harus disertai pemahaman Spiritual yang utuh agar tidak pincang dalam bersosialisasi dengan masyarakat yang homogen, dalam arti dapat bersosial dengan seimbang antara kebutuhan duniawi dan ukhrowinya ataupun sebaliknya.

Arah pelaksanaan Pendidikan adalah dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, dimana tidak hanya mengejar kebahagiaan lahiriyah (sandang, papan dan pangan dll) atau hanya batiniyah saja akan tetapi keselarasan keseimbangan atau keserasian antara keduanya. Pasti tidak mudah untuk mewujudkan itu semua, sebab pada dasarnya pendidikan islam ini adalah proses Pembentukan Watak, Sikap Dan Perilaku Yang Islami yang meliputi Iman (Aqidah), Islam (syari’ah), dan Ihsan (Akhlaq, Etika dan Tasawuf). Membangun manusia yang ber-Aqidah, ber-Syari’ah dan ber-Akhlaq ini bukan hal yang mudah semudah membalikkan tangan, bahkan jika menginginkan mahir dalam satu pengetahuan tertentu, bisa jadi dapat di tempuh dalam jangka waktu tertentu misalnya : dua atau tiga bulan secara khusus tetapi untuk penanaman Iman (Aqidah), Islam (syari’ah), dan Ihsan (Akhlaq, Etika apalagi Tasawuf) belum tentu dapat di lalui dalam waktu tersebut. Sehingga tugas Insan yang berkecimpung dalam Pendidikan Islam tidak hanya bertugas sebagai pen-transfer knowledge akan tetapi sifatnya Install knowledge in person – yaitu menanamkan pengetahuan tersebut untuk menjadi karakter masing2 pribadi atau menjadi kepribadian yang bermoral mahmudah dan berakhir dengan khusnul khotimah.

Senin, 13 April 2020

“5 KUNCI SUKSES MUSLIM - DUNIA SAMPAI AKHIRAT”




Berbicara tentang akhirat maka selayaknya kita membicarakan hal abstrak, dimana tidak semua person mudah untuk menyambung konteks ini karena kondisi riil manusia yang kongkrit sehingga untuk membicarakan hal ini perlu modal dasar yang sama terlebih dahulu, minimal adalah keyakinan atau iman.
Aqidah merupakan aspek fundamental dalam islam yang berhubungan erat dengan keyakinan, kepercayaan atau keimanan terhadap hal yang ghoib. Jadi aqidah Islam bermakna keyakinan yang kuat terhadap hal – hal yang ghoib seperti meyakini adanya Alloh SWT, RosulNYA, MalaikatNYA, adanya Hari Akhir maupun tentang ta’dir atau qodho dan qodarnya.
Setiap pemeluk Agama pasti memiliki aqidah tertentu yaitu keyakinan kepada agamanya, namun aqidah yang benar hanyalah aqidah islam yang bersumber dari Dzat yang menguasai segala galanya atas Alam Semesta ini yaitu Alloh Azza Wajjala. Sehingga tidak ada bedanya Aqidah yang di bawa para Nabi dari masa ke masa. Bahkan karena pentingnya aqidah, ibarat sebuah bangunan – aqidah adalah pondasi yang mempengaruhi kokoh tidaknya sebuah bangunan. Apabila pondasi kuat maka setinggi apapun bangunan tetaplah berdiri dengan kokoh sebaliknya apabila pondasinya lemah – ringkih maka ringkih pula bangunannya. Untuk melakukan ibadah (yang kaitannya dengan ilmu IBADAH atau FIQIH) apapun di muka bumi ini, contohnya mengerjakan sholat, berpuasa, membayar zakat apalagi bershodaqoh dapat dengan mudah dilaksanakan apabila hati ini yakin atau minimal percaya adanya Alloh SWT namun apabila tidak yakin bahkan tidak percaya adanya Alloh SWT maka mana mungkin  manusia akan melaksanakan sholat, puasa, bayar zakat – shodaqoh maupun ibadah – ibadah yang lain dengan mudahnya.  Senyum yang tulus adalah salah satu perbuatan ringan namun tetap terhitung sebagai ibadah bahkan dapat menghapus dosa seseorang atas izin Alloh SWT akan tetapi tidak semua orang mampu melaksanakan ini dalam kehidupan sehari hari.  Jika seseorang tidak ada keyakinan atas adanya Alloh mana mungkin dengan mudah dapat melakukan sholat, shodaqoh maupun ritual ibadah yang lain. Bahkan tidak akan sempurna ibadah yang dilakukan seseorang yang tidak yakin atau percaya adanya Alloh SWT. Inilah salah satu sebabnya mengapa Aqidah begitu mendasar dalam pelaksanaan ibadah seseorang. QS. An Nisa’ ayat 80 :    
Artinya : “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”
Pada Ayat ini  diterangkan bahwa siapa yang mentaati Rosul maka sebenarnya dia telah mentaati Alloh SWT. Taat disini berarti melaksanakan semua ajaran yang di bawa oleh Rasulnya  (setiap Rosul memiliki ummat masing-masing) seperti kita adalah ummat Nabi Muhammad SAW. Dan sesungguhnya seorang Rosul tidak bertanggung jawab atas kesalahan yang di lakukan oleh masing masing individu dan tidak menjamin mereka tidak melakukan kesalahan.   
Karena itu Aqidah dapat menghantarkan seseorang selamat bahkan bahagia dunia sampai akhirat. Apabila seseorang salah dalam memilih aqidah maka bisa jadi salah dalam penerapan sehari hari. Adapun hal yang dapat merusak Aqidah antara lain adalah :
Pertama Faktor Pendidikan : Dengan Pendidikan yang lemah maka akan mempengaruhi kekuatan imam seseorang  sehingga pendidikan Aqidah harus dilakukan sedini mungkin dalam arti bisa jadi di awali sejak dalam kandungan, baru lahir - masa pertumbuhan bahkan sampai dewasa sehingga diharapkan betul betul menjadi generasi yang sholeh dan sholihah dunia sampai akhirat. Amiin
Kedua Faktor Ekonomi :  Lemahnya Ekonomi bisa membuat goyahnya Aqidah seseorang sehingga tugas kita adalah menguatkan ekonomi kita. Faktor Ketiga adalah : Politik, politik dapat mempengaruhi Keyakinan seseorang seperti ketika kondisi Indonesia ketika di jajah tidak hanya fisik yang mereka rampas tetapi juga keyakinan bangsa kita lewat program Kristenisasi. Sehingga kesimpulannya seorang Muslim harus (1) kuat  Imannya, (2) kuat Ilmunya, (3) Kuat Hartanya, (4) Kuat Fisiknya dan (5) Kuat Mentalnya   

DENGAN AKHLAQ dan ILMU, SEMUA AKAN TERJAWAB


Banyak kalangan telah membahas pendidikan dimana dunia pendidikan yang tidak hanya sebagai sarana transformasi Ilmu Pengetahuan saja namun sekaligus membentuk Pribadi terdidik untuk menjadi generasi yang kaffah (sempurna) dalam kehidupannya bermasyarakat sesuai dengan dunianya serta untuk menyiapkan kehidupan di akhiratnya kelak dimana hampir semua intinya adalah untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
 Yaitu peserta  didik yang tidak hanya mudah mendapatkan pekerjaan namun juga mampu membuka peluang kerja, anak didik yang punya moral bahkan mampu menyejukkan hati siapa saja yang ada disekitarnya dan harapan harapan lain yang semuanya mengarah pada kebaikan bahkan tidak hanya untuk satu masa namun dimasa apapun diharapkan peserta didik itu nanti-kan mampu menghadapinya, apalagi dimasa informasi dan tehnologi yang semakin canggih ini. Untuk itu tidak hanya Ilmu Pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik namun penanaman Iman yang kuat dalam hatinya  juga sangat dibutuhkan, tidak cukup hanya memiliki IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) namun juga membutuhkan IMTAQ (keimanan dan ketaqwaan). Sehingga tidak hanya otak  yang  brilliant yang dibutuhkan pada generasi sekarang namun  pribadi yang berbudi luhur atau berakhlaqul karimah juga sangat diperlukan untuk manghadapi dunianya kelak. Dalam setiap bertindak dan bertingkah laku, tidak hanya Ilmu Pengetahuannya saja yang dipakai sebagai dasar berprilaku maupun bersosial, namun selalu diiringi dengan Imannya kepada Allah SWT, dimana semua yang dilakukannya tidak lupa untuk disandarkan pada Allah minimal selalu punya rem diri untuk tidak melakukan Amoral. Tetapi  kalaupun ada dari awal, peserta didik yang terlahir dalam kondisi tidak cerdas namun diharapkan peserta didik  tersebut pada akhirnya tetap berakhlakul karimah sebagaimana Rosulullah SAW diutus kemuka bumi ini tidak hanya untuk mencerdaskan ummat,  namun Rosulullah  juga diperintah  Allah SWT untuk memperbaiki dan menyempurnakan Akhlaq. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW dibawah ini :
انَّمَا بُعِثْتُ لاِؤُتَمِّمَا مَكَاَرِمَ الاَخْلاَق                                      
“Sesungguhnya  aku diutus kemuka bumi ini  untuk menyempurnakan akhlaq”
Logikanya yang sudah berakhlak saja harus disempurnakan apalagi yang belum sempurna akhlaknya, maka betul-betul harus disempurnakan. Dalam hal ini petugas utamanya adalah keluarga. Keluargalah yang mengerti dari awal watak watuknya anak (baca-peserta didik) selain keluarga juga punya peluang waktu yang banyak dibandingkan madrasah maupun pihak lain, apalagi jika semua elemen dalam satu wilayah yang ada yaitu keluarga, madrasah, masyarakat dan pemerintah pada bekerja sama dalam membentuk karakter peserta didik untuk menjadi pribadi yang berAkhlaqul karimah maka tujuan itu akan terasa mudah tercapai. Apalagi fenomena belakangan ini banyak peserta didik dinilai kurang bahkan tidak santun, tidak hanya dilingkungan madrasah, dirumah bahkan diluar. Sampai sampai banyak peserta didik yang tersangkut dalam kekerasan massa atau tawuran, layaknya masyarakat marginal yang kurang mendapatkan kesempatan pendidikan yang layak sehingga sering kali dalam menyelesaikan masalah condong berperilaku anarkis, mungkin anggapan mereka bahwa dengan cara tersebut (anarkis) maka tanpa menguras pikiran, masalahpun akan cepat terselesaikan. Padahal dengan tindakan tersebut menunjukkan bahwa kondisi mereka yang kurang wawasan dan tidak berakhlaq, bahkan kesalahan itu tidak hanya ditimpakan kepada mereka namun ini semua juga mengakibatkan timbulnya anggapan akan gagalnya dunia pendidikan dalam membentuk peserta didik yang berakhlak karimah, bermoral dan berbudi pekerti yang baik. Padahal urusan pendidikan tidak hanya tanggung jawab madrasah namun tanggung jawab bersama dimana selain Madrasah, Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah. Sehingga ketika ada peserta didik yang lolos akhlaknya maka tidak bisa hanya memfonis gagalnya pendidikan pada madrasah namun perlu kita perhatikan rentetan pergaulannya (teman), lingkungannya dimanapun peserta didik tersebut ada, sebagaimana dalam kitab At-Ta’limul Muta’allim yang menyebutkan :
عَنِ اْلمَرْءلاَتَسْئَلْ وَابْصَرْقَرِيْنَهُ   #   فَاءِنَّ اْلقَرِيْنَ بِاْ لمُقَارَنِ يَقْتَد                            
Artinya : 
“Jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka janganlah bertanya kepadanya, tetapi lihatlah dengan siapa ia bergaul. Sebab di dalam pergaulan itu sering terjadi prilaku seseorang ikut ikutan”.

Jarang sekali seseorang mau membuka watak kepribadiannya, kalaupun ada pasti sebagian besar yang diceritakan adalah yang dianggap sebagai kelebihannya sehingga tanpa harus bertanya, namun dengan melihat atau mencari tahu siapa teman bergaulnya maka kita bisa membaca bagaimana kepribadiannya sebab seorang teman akan kuat dalam mempengaruhi pola tingkah lakunya kecuali dia punya pribadi yang sangat kuat sehingga bukannya terpengaruh namun sebaliknya justru dia yang berpengaruh.
Berbicara tentang akhlak, bahkan banyak telah orang sukses hidupnya karena telah  mampu menerapkan  budi luhurnya disetiap tingkah lakunya dalam berinteraksi dengan semua makhluk. Ini membuktikan bahwasanya hidup dengan Akhlak membuat hidup jadi Mudah dan Indah bahkan dengan kekuatan Iman, hidup akan lebih terarah, teratur dan terencana, sehingga mudah meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat. Sebab dalam setiap saat, dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun selalu dengan hati yang tulus. Apalagi jika Akhlak selalu di iringi dengan ilmu, maka hasil yang akan didapatpun pasti lain. Sebagaimana Allah SWT telah menerangkan tentang keutamaan Ilmu. Dalam FirmanNYA yaitu :
يَرْفَعِ اللهُ الَّدِيْنَ امَنُوْامِنْكُمْ وَالَّدِيْنَ اُوتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ [ المجادله : اا ]                          
“Allah akan mengangkat orang orang yang beriman dan berilmu diantara kamu dengan beberapa derajat”. (Q.S. Al Mujadalah : 11)

Salah satu bukti dari Firman Allah tersebut di atas adalah peristiwa Nabi Sulaiman AS. Yang diperintahkan untuk memilih satu diantara 4 hal:             
Dimana pilihannya adalah harta, tahta, wanita dan ilmu. Lalu beliau memilih ilmu, maka dengan ilmu dapatlah nabi sulaiman harta tahta / kerajaan sekaligus wanita. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya Ilmu, sebab dengan Ilmu seseorang bisa mendapatkan semuanya bahkan dapat menguasai dunia, dengan Ilmu seseorang-kan dapatkan akhirat bahkan dengan Ilmu pula seseorang bisa mendapatkan dua-duanya yaitu dunia dan akhirat. Sebagaimana Hadist dibawah ini:
مَنْ اَرَدَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاالْعِلْمِ"وَمَنْ اَرَدَ الآَخِرَاةَ فَعَلَيْهِ بِااْلعِلْمِ"وَمَنْ اَرَدَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِااْلعِلْمِ                
Barang siapa menginginkan dunia maka dengan ilmu,
Barang siapa menginginkan akhirot maka dengan ilmu dan
Barang siapa menginginkan kedua duanya dunia dan akhirot maka dengan ilmu(al-hadits) 
           
Lebih dalam berbicara tentang Ilmu maka tidak lepas dari bagaimana peserta didik supaya mendapatkan Ilmu dengan baik, sebagaimana syair dari Sayidina Ali karromallahu wajhah sebagai berikut :
اَلاَلاَتَنَالُ اْلعِلْمَ اِلاَّبِسِتَّةٍ #   سَاُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ                                      
“Ingatlah sesungguhnya engkau tidak akan dapat memperoleh Ilmu, kecuali dengan memenuhi syarat enam perkara yang akan aku terangkan secara ringkas, yaitu :

ذَكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ   #    وَاِرْشَادُاُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ                          

  Cerdas;  2. Rajin;  3. Sabar;  4. Mempunyai bekal;  5. Petunjuk Guru;  dan 6.  Waktu yang panjang (lama).

Bahkan dalam Kitab At-Ta’limul Muta’allim diterangkan bahwa sesungguhnya orang yang mencari Ilmu itu tidak akan memperoleh Ilmu dan Kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan Ilmu dan ahlinya beserta memuliakan Guru bahkan disana juga ditandaskan tidak akan sampai maksud seseorang kecuali ia mau menghormat. Sebaliknya, seseorang akan jatuh dari kedudukannya akibat ia tidak mau menghormati dan meremehkannya. Dilain pihak seorang peserta didik akan berhasil juga karena adanya guru. Sesuai dengan itu Al-Ghozali berpendapat bahwasanya para  guru hendaknya memiliki sifat kasih sayang terhadap murid-muridnya, dan memperlakukan mereka dengan lemah lembut laksana mereka memperlakukan anaknya sendiri. Dengan perhatian dan suri tauladan yang baik maka mereka-kan dapat jadi warga negara yang baik namun mereka dapat membahayakan orang lain apabila diabaikan bahkan diberlakukan dengan buruk. 
            Dari uraian tersebut diatas supaya terlahir generasi yang berakhlak, bermoral,ber-etika, dan berpengetahuan atau berwawasan luas maka proses belajar mengajar seharusnya :
Pertama : Adanya Suri Tauladan yang baik dari Guru dan perangkat Madrasah (bila sedang berada di madrasah) dalam hal ini, tidak hanya dari guru bidang studi Agama saja namun harus dari semua guru baik guru agama maupun guru umum. Sebab ilmu apapun yang diajarkan oleh seorang guru adalah bagian dari ilmu Allah. Contohnya dengan belajar ilmu Biologi seseorang dapat mengetahui rahasia Allah dalam menciptakan makhluk hidup, dengan belajar Bahasa Indonesia – seseorang akan mampu membaca, menulis bahkan menyampaikan unek-uneknya dengan baik, dengan belajar matematika seseorang dapat menghitung dengan benar bahkan seseorang dapat menyelesaikan pelajaran faro’id (ilmu waris) ataupun ilmu falaqiyah (ilmu cara membuat kalender/menetukan bulan) yang kesemuanya ini dapat dipraktekkan dengan baik dan sempurna apabila selalu diiringi dengan Akhlak atau budi pekerti, contohnya seseorang dapat berkomunikasi dengan lancar namun apabila cara menyampaikannya tidak sopan maka hasilnya pun tidak akan baik. Dengan kata lain kemanapun kaki ini berjalan dan dengan siapapun lisan ini berkata maka Akhlak tetap harus dipakai. sehingga seorang guru adalah media paling tepat untuk menanamkan pribadi luhur kedalam jiwa peserta didiknya sehingga tidak ada kata bahwa pembentukan karakter pada anak hanya tugas salah satu guru namun pada semua guru.
Kedua : Kurikulum, dalam hal ini madrasah selain mengajarkan ilmu – ilmu agama, ilmu ilmu umum dan yang tidak boleh ketinggalan adalah skill (ketrampilan diri) baik yang mengarah pada wawasan atau ekonomi. Yaitu selain peserta didik harus menerima pelajaran tentang agama maupun ilmu umum, siswa juga diberi peluang untuk mengembangkan bakatnya. Misalnya : Pelatihan Jurnalistik, Pidato bahasa arab-inggris, MC, bahkan menjahit ataupun Work shop koperasi dan lain sebagainya
Ketiga : fasilitas atau sarana prasarana, dengan semakin lengkapnya sarana prasarana yang dimiliki suatu lembaga pendidikan maka sangat menunjang untuk keberhasilan peserta didik dalam mengimplementasikan kemampuan dirinya.
            Sehingga Madrasah nantinya betul betul dapat melahirkan peserta didik yang :
1.    Menguasai ilmu agama dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama islam dengan tekun, ikhlas semata-mata untuk berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT.
2.    Mampu menghidupkan Sunnah Rosul dan menyebarkan ajaran-ajarannya secara kaafah (utuh)
3.    Berakhlaq luhur, berfikir kritis, berjiwa dinamis dan istiqomah
Berjiwa besar, kuat mental dan fisik, tahan uji, gemar ibadah, tawadlu’, kasih sayang terhadap sesama, mahabbah serta tawakal kepada Allah SWT. 
Wawllohu a’lam bisshowab. By.  Mukhlishotin,

Jumat, 10 April 2020

sedikit santai di wisata Gunung Kelud

3 Januari adalah hari yang bersejarah bagi kami yang berada dinaungan kementerian agama RI dimanapun berada. kenapa ? karena hari itu adalah hari ulang tahun kemenag RI sehingga kami selalu melakukan beberapa rankaian aktifitas yang puncaknya adalah pada hari atau tanggal 3 januari itu. 3 januari kami ASN yang berada di kab. kediri selalu mengikuti upacara yang yang di adakah oleh kemenag, sebelum upacara selesai selalu  ada beberapa pengumuman prestasi yang di peroleh secara individu maupun secara lembaga selama 1 tahun sebelumnya. Alhamdulillah pada tahun ini MTsN 7 Kediri salah satu prestasi yang telah di raih adalah : mendapat piagam penghargaan Adiwiyata Nasional yang sebelumnya telah diterimakan langsung oleh menteri lingkungan hidup di jakarta. alhamdulillah juga dapat predikat madrasah sehat leat Tiem yang dikoordinir oleh istiqomah,S.si  sebagai leader Tiem - telah berhasil membawa nama madrasah menjadi madrasah sehat dan menyabet prestasi no 2 level Jawa Timur. Dan Sebagai refressing kali ini selesai mengikuti upacara HAB Kemenag sebagian dari kami ASN dapat menikmati dinginnya kawasan wisata gunung kelud sebelum melaksanakan jum'atan bagi para bapak_bapak dan sholat dhuhur bagi ibu ibu. sungguh kali ini kami dapat menikmati sampai di atas kawah yang melewati terowongan peninggalan jaman belanda dulu lewat jasa ojek paguyupan yang tersedia di sana. Dan yang pasti sebagai bukti telah sampai di sana maka saat turun sungguh tidak afdhol apabila meninggalkan makanan atau buah tangan yang ada di sana, nanas madu adalah salah satu yg menjadi produk andalan di kawasan ini selain masih ada apokat, manggis, belewah dan yang pasti tidak boleh ketinggalan adalah krupuk asin rasa pedas atau bawang yang sering di sebut krupuk upil, yah krupuk upil enak gurih dan..... biasanya malah ada durian, sangking banyaknya durian di sini sehingga ada satu situs yang di sebut kampung durian.