Banyak
kalangan telah membahas pendidikan dimana dunia pendidikan yang tidak hanya
sebagai sarana transformasi Ilmu Pengetahuan saja namun sekaligus membentuk
Pribadi terdidik untuk menjadi generasi yang kaffah (sempurna) dalam
kehidupannya bermasyarakat sesuai dengan dunianya serta untuk menyiapkan
kehidupan di akhiratnya kelak dimana hampir semua intinya adalah untuk
mendapatkan hasil yang sempurna.
Yaitu peserta
didik yang tidak hanya mudah mendapatkan pekerjaan namun juga mampu
membuka peluang kerja, anak didik yang punya moral bahkan mampu menyejukkan
hati siapa saja yang ada disekitarnya dan harapan harapan lain yang
semuanya mengarah pada kebaikan bahkan tidak hanya untuk satu masa namun dimasa
apapun diharapkan peserta didik itu nanti-kan mampu menghadapinya, apalagi
dimasa informasi dan tehnologi yang semakin canggih ini. Untuk itu tidak hanya
Ilmu Pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik namun penanaman Iman yang
kuat dalam hatinya juga sangat
dibutuhkan, tidak cukup hanya memiliki IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi)
namun juga membutuhkan IMTAQ (keimanan dan ketaqwaan). Sehingga tidak hanya
otak yang brilliant yang dibutuhkan pada generasi
sekarang namun pribadi yang berbudi
luhur atau berakhlaqul karimah juga sangat diperlukan untuk manghadapi dunianya
kelak. Dalam setiap bertindak dan bertingkah laku, tidak hanya Ilmu
Pengetahuannya saja yang dipakai sebagai dasar berprilaku maupun bersosial,
namun selalu diiringi dengan Imannya kepada Allah SWT, dimana semua yang dilakukannya
tidak lupa untuk disandarkan pada Allah minimal selalu punya rem diri untuk
tidak melakukan Amoral. Tetapi kalaupun ada dari awal, peserta didik yang
terlahir dalam kondisi tidak cerdas namun diharapkan peserta didik tersebut pada akhirnya tetap berakhlakul
karimah sebagaimana Rosulullah SAW diutus kemuka bumi ini tidak hanya untuk
mencerdaskan ummat, namun
Rosulullah juga diperintah Allah SWT untuk memperbaiki dan
menyempurnakan Akhlaq. Sebagaimana
sabda Rosulullah SAW dibawah ini :
انَّمَا بُعِثْتُ
لاِؤُتَمِّمَا مَكَاَرِمَ الاَخْلاَق
“Sesungguhnya aku diutus kemuka bumi ini untuk menyempurnakan akhlaq”
Logikanya yang sudah berakhlak saja harus
disempurnakan apalagi yang belum sempurna akhlaknya, maka betul-betul harus
disempurnakan. Dalam hal ini petugas utamanya adalah keluarga. Keluargalah yang
mengerti dari awal watak watuknya anak (baca-peserta didik) selain keluarga
juga punya peluang waktu yang banyak dibandingkan madrasah maupun pihak lain,
apalagi jika semua elemen dalam satu wilayah yang ada yaitu keluarga, madrasah,
masyarakat dan pemerintah pada bekerja sama dalam membentuk karakter peserta didik
untuk menjadi pribadi yang berAkhlaqul karimah maka tujuan itu akan terasa
mudah tercapai. Apalagi fenomena belakangan ini banyak peserta didik dinilai
kurang bahkan tidak santun, tidak hanya dilingkungan madrasah, dirumah bahkan
diluar. Sampai sampai banyak peserta didik yang tersangkut dalam kekerasan
massa atau tawuran, layaknya masyarakat marginal yang kurang mendapatkan
kesempatan pendidikan yang layak sehingga sering kali dalam menyelesaikan
masalah condong berperilaku anarkis, mungkin anggapan mereka bahwa dengan cara
tersebut (anarkis) maka tanpa menguras pikiran, masalahpun akan cepat
terselesaikan. Padahal dengan tindakan tersebut menunjukkan bahwa kondisi
mereka yang kurang wawasan dan tidak berakhlaq, bahkan kesalahan itu tidak
hanya ditimpakan kepada mereka namun ini semua juga mengakibatkan timbulnya
anggapan akan gagalnya dunia pendidikan dalam membentuk peserta didik yang
berakhlak karimah, bermoral dan berbudi pekerti yang baik. Padahal urusan
pendidikan tidak hanya tanggung jawab madrasah namun tanggung jawab bersama
dimana selain Madrasah, Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah. Sehingga ketika
ada peserta didik yang lolos akhlaknya maka tidak bisa hanya memfonis gagalnya
pendidikan pada madrasah namun perlu kita perhatikan rentetan pergaulannya
(teman), lingkungannya dimanapun peserta didik tersebut ada, sebagaimana dalam
kitab At-Ta’limul Muta’allim yang menyebutkan :
عَنِ
اْلمَرْءلاَتَسْئَلْ وَابْصَرْقَرِيْنَهُ
# فَاءِنَّ اْلقَرِيْنَ بِاْ
لمُقَارَنِ يَقْتَد
Artinya :
“Jika engkau
ingin mengetahui watak seseorang, maka janganlah bertanya kepadanya, tetapi
lihatlah dengan siapa ia bergaul. Sebab di dalam pergaulan itu sering terjadi
prilaku seseorang ikut ikutan”.
Jarang sekali seseorang mau membuka watak
kepribadiannya, kalaupun ada pasti sebagian besar yang diceritakan adalah yang
dianggap sebagai kelebihannya sehingga tanpa harus bertanya, namun dengan
melihat atau mencari tahu siapa teman bergaulnya maka kita bisa membaca
bagaimana kepribadiannya sebab seorang teman akan kuat dalam mempengaruhi pola
tingkah lakunya kecuali dia punya pribadi yang sangat kuat sehingga bukannya
terpengaruh namun sebaliknya justru dia yang berpengaruh.
Berbicara
tentang akhlak, bahkan banyak telah orang sukses hidupnya karena telah mampu menerapkan budi luhurnya disetiap tingkah lakunya dalam
berinteraksi dengan semua makhluk. Ini membuktikan bahwasanya hidup dengan
Akhlak membuat hidup jadi Mudah dan Indah bahkan dengan kekuatan Iman, hidup
akan lebih terarah, teratur dan terencana, sehingga mudah meraih kesuksesan di
dunia dan di akhirat. Sebab dalam setiap saat, dengan siapapun, dimanapun
dan kapanpun selalu dengan hati yang tulus. Apalagi jika Akhlak selalu di iringi
dengan ilmu, maka hasil yang akan didapatpun pasti lain. Sebagaimana Allah SWT
telah menerangkan tentang keutamaan Ilmu. Dalam FirmanNYA yaitu :
يَرْفَعِ اللهُ الَّدِيْنَ امَنُوْامِنْكُمْ وَالَّدِيْنَ اُوتُواالْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ [ المجادله : اا ]
“Allah akan mengangkat orang orang yang beriman dan berilmu
diantara kamu dengan beberapa derajat”. (Q.S. Al Mujadalah : 11)
Salah satu bukti dari Firman Allah tersebut di
atas adalah peristiwa Nabi Sulaiman AS. Yang diperintahkan untuk memilih satu
diantara 4 hal:
Dimana pilihannya
adalah harta, tahta, wanita dan ilmu. Lalu beliau memilih ilmu, maka dengan
ilmu dapatlah nabi sulaiman harta tahta / kerajaan sekaligus wanita. Ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya Ilmu, sebab dengan Ilmu seseorang bisa
mendapatkan semuanya bahkan dapat menguasai dunia, dengan Ilmu seseorang-kan
dapatkan akhirat bahkan dengan Ilmu pula seseorang bisa mendapatkan dua-duanya
yaitu dunia dan akhirat. Sebagaimana Hadist dibawah ini:
مَنْ اَرَدَ الدُّنْيَا
فَعَلَيْهِ بِاالْعِلْمِ"وَمَنْ اَرَدَ الآَخِرَاةَ فَعَلَيْهِ
بِااْلعِلْمِ"وَمَنْ اَرَدَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِااْلعِلْمِ
Barang siapa menginginkan dunia maka dengan ilmu,
Barang siapa menginginkan akhirot maka dengan ilmu dan
Barang siapa menginginkan kedua duanya dunia dan akhirot maka dengan
ilmu(al-hadits)
Lebih dalam
berbicara tentang Ilmu maka tidak lepas dari bagaimana peserta didik supaya
mendapatkan Ilmu dengan baik, sebagaimana syair dari Sayidina Ali karromallahu wajhah
sebagai berikut :
اَلاَلاَتَنَالُ
اْلعِلْمَ اِلاَّبِسِتَّةٍ #
سَاُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
“Ingatlah sesungguhnya engkau tidak akan dapat
memperoleh Ilmu, kecuali dengan memenuhi syarat enam perkara yang akan aku
terangkan secara ringkas, yaitu :
ذَكَاءٍ
وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادُاُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
Cerdas; 2. Rajin;
3. Sabar; 4. Mempunyai
bekal; 5. Petunjuk Guru; dan 6. Waktu
yang panjang (lama).
Bahkan dalam
Kitab At-Ta’limul Muta’allim diterangkan bahwa sesungguhnya orang yang mencari
Ilmu itu tidak akan memperoleh Ilmu dan Kemanfaatannya, kecuali dengan
memuliakan Ilmu dan ahlinya beserta memuliakan Guru bahkan disana juga
ditandaskan tidak akan sampai maksud seseorang kecuali ia mau menghormat.
Sebaliknya, seseorang akan jatuh dari kedudukannya akibat ia tidak mau
menghormati dan meremehkannya. Dilain pihak seorang peserta didik akan berhasil
juga karena adanya guru. Sesuai dengan itu Al-Ghozali berpendapat bahwasanya
para guru hendaknya memiliki sifat kasih
sayang terhadap murid-muridnya, dan memperlakukan mereka dengan lemah lembut
laksana mereka memperlakukan anaknya sendiri. Dengan perhatian dan suri
tauladan yang baik maka mereka-kan dapat jadi warga negara yang baik namun
mereka dapat membahayakan orang lain apabila diabaikan bahkan diberlakukan
dengan buruk.
Dari
uraian tersebut diatas supaya terlahir generasi yang berakhlak, bermoral,ber-etika,
dan berpengetahuan atau berwawasan luas maka proses belajar mengajar seharusnya
:
Pertama : Adanya Suri Tauladan yang baik dari
Guru dan perangkat Madrasah (bila sedang berada di madrasah) dalam hal ini,
tidak hanya dari guru bidang studi Agama saja namun harus dari semua guru baik
guru agama maupun guru umum. Sebab ilmu apapun yang diajarkan oleh seorang guru
adalah bagian dari ilmu Allah. Contohnya dengan belajar ilmu Biologi seseorang
dapat mengetahui rahasia Allah dalam menciptakan makhluk hidup, dengan belajar
Bahasa Indonesia – seseorang akan mampu membaca, menulis bahkan menyampaikan
unek-uneknya dengan baik, dengan belajar matematika seseorang dapat menghitung
dengan benar bahkan seseorang dapat menyelesaikan pelajaran faro’id (ilmu waris)
ataupun ilmu falaqiyah (ilmu cara membuat kalender/menetukan bulan) yang
kesemuanya ini dapat dipraktekkan dengan baik dan sempurna apabila selalu
diiringi dengan Akhlak atau budi pekerti, contohnya seseorang dapat
berkomunikasi dengan lancar namun apabila cara menyampaikannya tidak sopan maka
hasilnya pun tidak akan baik. Dengan kata lain kemanapun kaki ini berjalan
dan dengan siapapun lisan ini berkata maka Akhlak tetap harus dipakai. sehingga
seorang guru adalah media paling tepat untuk menanamkan pribadi luhur
kedalam jiwa peserta didiknya sehingga tidak ada kata bahwa pembentukan
karakter pada anak hanya tugas salah satu guru namun pada semua guru.
Kedua : Kurikulum, dalam hal ini madrasah selain
mengajarkan ilmu – ilmu agama, ilmu ilmu umum dan yang tidak boleh ketinggalan
adalah skill (ketrampilan diri) baik yang mengarah pada wawasan atau ekonomi.
Yaitu selain peserta didik harus menerima pelajaran tentang agama maupun ilmu
umum, siswa juga diberi peluang untuk mengembangkan bakatnya. Misalnya :
Pelatihan Jurnalistik, Pidato bahasa arab-inggris, MC, bahkan menjahit ataupun
Work shop koperasi dan lain sebagainya
Ketiga :
fasilitas atau sarana prasarana,
dengan semakin lengkapnya sarana prasarana yang dimiliki suatu lembaga
pendidikan maka sangat menunjang untuk keberhasilan peserta didik dalam
mengimplementasikan kemampuan dirinya.
Sehingga
Madrasah nantinya betul betul dapat melahirkan peserta didik yang :
1. Menguasai ilmu
agama dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama islam dengan tekun, ikhlas
semata-mata untuk berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT.
2. Mampu
menghidupkan Sunnah Rosul dan menyebarkan ajaran-ajarannya secara kaafah (utuh)
3. Berakhlaq
luhur, berfikir kritis, berjiwa dinamis dan istiqomah
Berjiwa
besar, kuat mental dan fisik, tahan uji, gemar ibadah, tawadlu’, kasih sayang
terhadap sesama, mahabbah serta tawakal kepada Allah SWT.
Wawllohu a’lam bisshowab. By. Mukhlishotin,