Selasa, 18 Agustus 2020

Daringku terhalang pulsa Internet


Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) ternyata tidak sesederhana yang diperkirakan sebab banyak faktor yang harus di penuhi bagi Guru, Anak didik maupun Pendamping Proses Pembelajaran yang mendukung terealisasinya pendidikan jarak jauh yang di kenal juga dengan kata Daring - dalam Jaringan. 

Beberapa media sebagai syarat tiem sucses pelaksanaan pendidikan PJJ adalah :
  • Media : Hand Phone, Leptop, Wifi/Internet, Jaringan Sinyal
  • Kreatifitas Guru
  • Kemampuan Seorang Pendamping Pembelajaran
3 hal di atas tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri tanpa kerja sama dengan yang lain. bahkan satupun kinerja guru tidak akan sucses tanpa caple dari tiga hal tersebut. bisa bayangkan apabila guru melaksanakan daring tanpa HP, mungkin tetap bisa sebab masih ada leptop akan tetapi adakah semua  siswa memegang leptop ? memegang aja belum tentu, apalagi memiliki. 
Sepertinya media ini adalah hal yang paling penting. Apa iya ?? media mengalahkan keberadaan yang lain ?


Hand Phone, Leptop adalah barang mati yang fungsinya menyesuaikan dengan pemiliknya. Secanggih apapun HP dan Leptop yang dimilikinya namun apabila pemiliknya tidak mau belajar tentang pemanfaatan alat tersebut secara rinci maka rasanya tidak mungkin semua kebutuhan terpenuhi.

Wifi / Internet adalah media yang bisa menghantarkan alat (HP dan Leptop). Tanpa Wifi, alat tersebut memang tetap bisa di manfaatkan akan tetapi terbatas pada aplikasi tertentu yang memang tidak membutuhkan Wifi atau kuota Internet sehingga dalam hal mensukseskannya daring, Wifi adalah modal kedua setelah adanya alat. 

kalaupun sudah menggenggam HP dan Leptop bahkan Wifi juga sudah ada namun apabila tiada jaringan di daerah tersebut pasti kendala tetap ada di sana. Sehingga  komponen-komponen itu harus saling ada.  

Kreatifitas guru adalah kemampuan Guru dalam membawa, membimbing, mengarahkan anak didik untuk tetap beraktifitas sesuai kewajiban siswa siswi sehingga walaupun tanpa tatap muka, not face to face, pembelajaran dengan jarak yang tidak di tentukan tetap membuat siswa siswi mampu menangkap, memahami bahkan mengaplikasikan perilaku sesuai intruksi yang ada sebagaimana di tempatnya masing-masing. 

Otomatis ini membutuhkan Skill Guru yang bisa membuat siswa siswi mampu berimajinasi tentang intruksi yang disampaikan guru bahkan mampu membentuk karakter siswa didik. Minimal bikin anak didik menarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan dan tetap konsisten belajar walau tanpa pengawasan guru di dekatnya sebagaimana biasanya apabila belajar bersama di madrasah bahkan rutinitas belajar jarak jauh tersebut tidak bikin siswa didik tambah stres.

Pendamping Belajar Siswa yang dalam hal ini dapat dilakukan oleh orang tua, kakak, saudara atau person yang berada satu lokasi dengan siswa/siswi. Tidak semua anak selalu butuh pendamping, hal ini pastinya sesuai kemampuan anak atau tingkat kesulitan materi yang sedang di bahas. Naah... bila anak sedang membutuhkan pendamping maka skill pendamping sangat di butuhkan namun apabila tidak maka tidak masalah dengan hal ini. 

contoh kasus siswa kelas 1 SD/MI yang kemungkinan besar belum lancar membaca sendiri sehingga sangat membutuhkan pendamping dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Pastinya kemampuan dan ketrampilan atau kepiawaian pendamping dalam hal ini sangat di butuhkan. Tanpa pendamping yang mampu menyesuaikan dengan kondisi anak pastinya tidak akan pembelajaran Daring berjalan dengan sukses. 

Bisa bayangkan minat dan rasa anak yang naik turun apalagi kalau anak yang telah tertarik bermain dan terkesan dengan piawainya teman-temannya saat bermain bersama pastinya akan membuat ketagihan untuk selalu bermain dan bermain. Susah lagi bagi anak yang dari awal serasa alergi dengan materi hafalan. Wauu... pastinya siapapun pendampingnya yang tidak berkompeten dalam dunia pendidikan harus memupuk kesabarannya ketika menghadapi kondisi anak yang seperti itu. 

Jadi manakah unsur daring yang paling penting ?
Pastinya semua menjadi penting namun apabila harus milih satu persatu bisa jadi orang tua sebagai pendamping dan guru adalah selevel barulah media baik itu HP, Leptop, Wifi dan jaringan dilingkungannya.

Namun Realitas yang ada saat Guru dan pendamping telah bekerja sama dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang sudah berusaha super kreatifpun harus merenung sejenak untuk mengambil langkah kompromi, menunggu atau sikap lainnya saat siswa didik menjawab tidak punya paketan, belum dibelikan internet atau HP saya tidak bisa buka Aplikasi itu. Padahal jawaban tersebut tidak selamanya benar. Bisa jadi hanya di pakai sebagai sebuah alasan supaya tidak mengerjakan atau sekedar menunda tanggung jawab yang di berikan.

Apalagi ada intruksi untuk tidak memberatkan siswa dan meribetkan orang tua atau membengkakkan anggaran belanja dengan kulakan pulsa. Namun kalimat tersebut adakalanya dimanfaatkan siswa dengan alasan tersebut di atas (tidak semua siswa) padahal ada di antara mereka yang masih exsis bermain istagram, face book, you tube, namun apabila bertemu dengan tugas ada bahasa lain untuk itu. Semoga yang melakukan itu segera ingat.  

Tidak semua person bisa merasakan ribetnya dalam menyiapkan daring bahkan ada sebagian dari mereka yang tetap menyepelekannya khususnya anak didik. mereka lebih asyik dengan kesibukannya sendiri tanpa mau memperhatikan tanggung jawabnya sebagai siswa. sehingga yang ada walaupun dapat merespon dengan baik namun tetap tidak ingin meresponnya. ini yang jadi masalah

Zaman sekarang hampir tidak ada siswa siswi yang tidak pegang HP kecuali bagi siswa siswi yang pembelajaran di pesantren dan menerapkan luring. pastinya tidak membutuhkan alat tersebut.  Jadi selayaknya kita mampu memanfaatkan kondisi apapun dengan baik, punya media komunikasi atau tidak, ada tugas atau tidak, ada wifi atau tidak semua ada hikmahnya dan selama masih mau berusaha pasti ada hasil yang di dapatkannya.