Senin, 13 April 2020

“5 KUNCI SUKSES MUSLIM - DUNIA SAMPAI AKHIRAT”




Berbicara tentang akhirat maka selayaknya kita membicarakan hal abstrak, dimana tidak semua person mudah untuk menyambung konteks ini karena kondisi riil manusia yang kongkrit sehingga untuk membicarakan hal ini perlu modal dasar yang sama terlebih dahulu, minimal adalah keyakinan atau iman.
Aqidah merupakan aspek fundamental dalam islam yang berhubungan erat dengan keyakinan, kepercayaan atau keimanan terhadap hal yang ghoib. Jadi aqidah Islam bermakna keyakinan yang kuat terhadap hal – hal yang ghoib seperti meyakini adanya Alloh SWT, RosulNYA, MalaikatNYA, adanya Hari Akhir maupun tentang ta’dir atau qodho dan qodarnya.
Setiap pemeluk Agama pasti memiliki aqidah tertentu yaitu keyakinan kepada agamanya, namun aqidah yang benar hanyalah aqidah islam yang bersumber dari Dzat yang menguasai segala galanya atas Alam Semesta ini yaitu Alloh Azza Wajjala. Sehingga tidak ada bedanya Aqidah yang di bawa para Nabi dari masa ke masa. Bahkan karena pentingnya aqidah, ibarat sebuah bangunan – aqidah adalah pondasi yang mempengaruhi kokoh tidaknya sebuah bangunan. Apabila pondasi kuat maka setinggi apapun bangunan tetaplah berdiri dengan kokoh sebaliknya apabila pondasinya lemah – ringkih maka ringkih pula bangunannya. Untuk melakukan ibadah (yang kaitannya dengan ilmu IBADAH atau FIQIH) apapun di muka bumi ini, contohnya mengerjakan sholat, berpuasa, membayar zakat apalagi bershodaqoh dapat dengan mudah dilaksanakan apabila hati ini yakin atau minimal percaya adanya Alloh SWT namun apabila tidak yakin bahkan tidak percaya adanya Alloh SWT maka mana mungkin  manusia akan melaksanakan sholat, puasa, bayar zakat – shodaqoh maupun ibadah – ibadah yang lain dengan mudahnya.  Senyum yang tulus adalah salah satu perbuatan ringan namun tetap terhitung sebagai ibadah bahkan dapat menghapus dosa seseorang atas izin Alloh SWT akan tetapi tidak semua orang mampu melaksanakan ini dalam kehidupan sehari hari.  Jika seseorang tidak ada keyakinan atas adanya Alloh mana mungkin dengan mudah dapat melakukan sholat, shodaqoh maupun ritual ibadah yang lain. Bahkan tidak akan sempurna ibadah yang dilakukan seseorang yang tidak yakin atau percaya adanya Alloh SWT. Inilah salah satu sebabnya mengapa Aqidah begitu mendasar dalam pelaksanaan ibadah seseorang. QS. An Nisa’ ayat 80 :    
Artinya : “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”
Pada Ayat ini  diterangkan bahwa siapa yang mentaati Rosul maka sebenarnya dia telah mentaati Alloh SWT. Taat disini berarti melaksanakan semua ajaran yang di bawa oleh Rasulnya  (setiap Rosul memiliki ummat masing-masing) seperti kita adalah ummat Nabi Muhammad SAW. Dan sesungguhnya seorang Rosul tidak bertanggung jawab atas kesalahan yang di lakukan oleh masing masing individu dan tidak menjamin mereka tidak melakukan kesalahan.   
Karena itu Aqidah dapat menghantarkan seseorang selamat bahkan bahagia dunia sampai akhirat. Apabila seseorang salah dalam memilih aqidah maka bisa jadi salah dalam penerapan sehari hari. Adapun hal yang dapat merusak Aqidah antara lain adalah :
Pertama Faktor Pendidikan : Dengan Pendidikan yang lemah maka akan mempengaruhi kekuatan imam seseorang  sehingga pendidikan Aqidah harus dilakukan sedini mungkin dalam arti bisa jadi di awali sejak dalam kandungan, baru lahir - masa pertumbuhan bahkan sampai dewasa sehingga diharapkan betul betul menjadi generasi yang sholeh dan sholihah dunia sampai akhirat. Amiin
Kedua Faktor Ekonomi :  Lemahnya Ekonomi bisa membuat goyahnya Aqidah seseorang sehingga tugas kita adalah menguatkan ekonomi kita. Faktor Ketiga adalah : Politik, politik dapat mempengaruhi Keyakinan seseorang seperti ketika kondisi Indonesia ketika di jajah tidak hanya fisik yang mereka rampas tetapi juga keyakinan bangsa kita lewat program Kristenisasi. Sehingga kesimpulannya seorang Muslim harus (1) kuat  Imannya, (2) kuat Ilmunya, (3) Kuat Hartanya, (4) Kuat Fisiknya dan (5) Kuat Mentalnya   

DENGAN AKHLAQ dan ILMU, SEMUA AKAN TERJAWAB


Banyak kalangan telah membahas pendidikan dimana dunia pendidikan yang tidak hanya sebagai sarana transformasi Ilmu Pengetahuan saja namun sekaligus membentuk Pribadi terdidik untuk menjadi generasi yang kaffah (sempurna) dalam kehidupannya bermasyarakat sesuai dengan dunianya serta untuk menyiapkan kehidupan di akhiratnya kelak dimana hampir semua intinya adalah untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
 Yaitu peserta  didik yang tidak hanya mudah mendapatkan pekerjaan namun juga mampu membuka peluang kerja, anak didik yang punya moral bahkan mampu menyejukkan hati siapa saja yang ada disekitarnya dan harapan harapan lain yang semuanya mengarah pada kebaikan bahkan tidak hanya untuk satu masa namun dimasa apapun diharapkan peserta didik itu nanti-kan mampu menghadapinya, apalagi dimasa informasi dan tehnologi yang semakin canggih ini. Untuk itu tidak hanya Ilmu Pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik namun penanaman Iman yang kuat dalam hatinya  juga sangat dibutuhkan, tidak cukup hanya memiliki IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) namun juga membutuhkan IMTAQ (keimanan dan ketaqwaan). Sehingga tidak hanya otak  yang  brilliant yang dibutuhkan pada generasi sekarang namun  pribadi yang berbudi luhur atau berakhlaqul karimah juga sangat diperlukan untuk manghadapi dunianya kelak. Dalam setiap bertindak dan bertingkah laku, tidak hanya Ilmu Pengetahuannya saja yang dipakai sebagai dasar berprilaku maupun bersosial, namun selalu diiringi dengan Imannya kepada Allah SWT, dimana semua yang dilakukannya tidak lupa untuk disandarkan pada Allah minimal selalu punya rem diri untuk tidak melakukan Amoral. Tetapi  kalaupun ada dari awal, peserta didik yang terlahir dalam kondisi tidak cerdas namun diharapkan peserta didik  tersebut pada akhirnya tetap berakhlakul karimah sebagaimana Rosulullah SAW diutus kemuka bumi ini tidak hanya untuk mencerdaskan ummat,  namun Rosulullah  juga diperintah  Allah SWT untuk memperbaiki dan menyempurnakan Akhlaq. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW dibawah ini :
انَّمَا بُعِثْتُ لاِؤُتَمِّمَا مَكَاَرِمَ الاَخْلاَق                                      
“Sesungguhnya  aku diutus kemuka bumi ini  untuk menyempurnakan akhlaq”
Logikanya yang sudah berakhlak saja harus disempurnakan apalagi yang belum sempurna akhlaknya, maka betul-betul harus disempurnakan. Dalam hal ini petugas utamanya adalah keluarga. Keluargalah yang mengerti dari awal watak watuknya anak (baca-peserta didik) selain keluarga juga punya peluang waktu yang banyak dibandingkan madrasah maupun pihak lain, apalagi jika semua elemen dalam satu wilayah yang ada yaitu keluarga, madrasah, masyarakat dan pemerintah pada bekerja sama dalam membentuk karakter peserta didik untuk menjadi pribadi yang berAkhlaqul karimah maka tujuan itu akan terasa mudah tercapai. Apalagi fenomena belakangan ini banyak peserta didik dinilai kurang bahkan tidak santun, tidak hanya dilingkungan madrasah, dirumah bahkan diluar. Sampai sampai banyak peserta didik yang tersangkut dalam kekerasan massa atau tawuran, layaknya masyarakat marginal yang kurang mendapatkan kesempatan pendidikan yang layak sehingga sering kali dalam menyelesaikan masalah condong berperilaku anarkis, mungkin anggapan mereka bahwa dengan cara tersebut (anarkis) maka tanpa menguras pikiran, masalahpun akan cepat terselesaikan. Padahal dengan tindakan tersebut menunjukkan bahwa kondisi mereka yang kurang wawasan dan tidak berakhlaq, bahkan kesalahan itu tidak hanya ditimpakan kepada mereka namun ini semua juga mengakibatkan timbulnya anggapan akan gagalnya dunia pendidikan dalam membentuk peserta didik yang berakhlak karimah, bermoral dan berbudi pekerti yang baik. Padahal urusan pendidikan tidak hanya tanggung jawab madrasah namun tanggung jawab bersama dimana selain Madrasah, Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah. Sehingga ketika ada peserta didik yang lolos akhlaknya maka tidak bisa hanya memfonis gagalnya pendidikan pada madrasah namun perlu kita perhatikan rentetan pergaulannya (teman), lingkungannya dimanapun peserta didik tersebut ada, sebagaimana dalam kitab At-Ta’limul Muta’allim yang menyebutkan :
عَنِ اْلمَرْءلاَتَسْئَلْ وَابْصَرْقَرِيْنَهُ   #   فَاءِنَّ اْلقَرِيْنَ بِاْ لمُقَارَنِ يَقْتَد                            
Artinya : 
“Jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka janganlah bertanya kepadanya, tetapi lihatlah dengan siapa ia bergaul. Sebab di dalam pergaulan itu sering terjadi prilaku seseorang ikut ikutan”.

Jarang sekali seseorang mau membuka watak kepribadiannya, kalaupun ada pasti sebagian besar yang diceritakan adalah yang dianggap sebagai kelebihannya sehingga tanpa harus bertanya, namun dengan melihat atau mencari tahu siapa teman bergaulnya maka kita bisa membaca bagaimana kepribadiannya sebab seorang teman akan kuat dalam mempengaruhi pola tingkah lakunya kecuali dia punya pribadi yang sangat kuat sehingga bukannya terpengaruh namun sebaliknya justru dia yang berpengaruh.
Berbicara tentang akhlak, bahkan banyak telah orang sukses hidupnya karena telah  mampu menerapkan  budi luhurnya disetiap tingkah lakunya dalam berinteraksi dengan semua makhluk. Ini membuktikan bahwasanya hidup dengan Akhlak membuat hidup jadi Mudah dan Indah bahkan dengan kekuatan Iman, hidup akan lebih terarah, teratur dan terencana, sehingga mudah meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat. Sebab dalam setiap saat, dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun selalu dengan hati yang tulus. Apalagi jika Akhlak selalu di iringi dengan ilmu, maka hasil yang akan didapatpun pasti lain. Sebagaimana Allah SWT telah menerangkan tentang keutamaan Ilmu. Dalam FirmanNYA yaitu :
يَرْفَعِ اللهُ الَّدِيْنَ امَنُوْامِنْكُمْ وَالَّدِيْنَ اُوتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ [ المجادله : اا ]                          
“Allah akan mengangkat orang orang yang beriman dan berilmu diantara kamu dengan beberapa derajat”. (Q.S. Al Mujadalah : 11)

Salah satu bukti dari Firman Allah tersebut di atas adalah peristiwa Nabi Sulaiman AS. Yang diperintahkan untuk memilih satu diantara 4 hal:             
Dimana pilihannya adalah harta, tahta, wanita dan ilmu. Lalu beliau memilih ilmu, maka dengan ilmu dapatlah nabi sulaiman harta tahta / kerajaan sekaligus wanita. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya Ilmu, sebab dengan Ilmu seseorang bisa mendapatkan semuanya bahkan dapat menguasai dunia, dengan Ilmu seseorang-kan dapatkan akhirat bahkan dengan Ilmu pula seseorang bisa mendapatkan dua-duanya yaitu dunia dan akhirat. Sebagaimana Hadist dibawah ini:
مَنْ اَرَدَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاالْعِلْمِ"وَمَنْ اَرَدَ الآَخِرَاةَ فَعَلَيْهِ بِااْلعِلْمِ"وَمَنْ اَرَدَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِااْلعِلْمِ                
Barang siapa menginginkan dunia maka dengan ilmu,
Barang siapa menginginkan akhirot maka dengan ilmu dan
Barang siapa menginginkan kedua duanya dunia dan akhirot maka dengan ilmu(al-hadits) 
           
Lebih dalam berbicara tentang Ilmu maka tidak lepas dari bagaimana peserta didik supaya mendapatkan Ilmu dengan baik, sebagaimana syair dari Sayidina Ali karromallahu wajhah sebagai berikut :
اَلاَلاَتَنَالُ اْلعِلْمَ اِلاَّبِسِتَّةٍ #   سَاُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ                                      
“Ingatlah sesungguhnya engkau tidak akan dapat memperoleh Ilmu, kecuali dengan memenuhi syarat enam perkara yang akan aku terangkan secara ringkas, yaitu :

ذَكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ   #    وَاِرْشَادُاُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ                          

  Cerdas;  2. Rajin;  3. Sabar;  4. Mempunyai bekal;  5. Petunjuk Guru;  dan 6.  Waktu yang panjang (lama).

Bahkan dalam Kitab At-Ta’limul Muta’allim diterangkan bahwa sesungguhnya orang yang mencari Ilmu itu tidak akan memperoleh Ilmu dan Kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan Ilmu dan ahlinya beserta memuliakan Guru bahkan disana juga ditandaskan tidak akan sampai maksud seseorang kecuali ia mau menghormat. Sebaliknya, seseorang akan jatuh dari kedudukannya akibat ia tidak mau menghormati dan meremehkannya. Dilain pihak seorang peserta didik akan berhasil juga karena adanya guru. Sesuai dengan itu Al-Ghozali berpendapat bahwasanya para  guru hendaknya memiliki sifat kasih sayang terhadap murid-muridnya, dan memperlakukan mereka dengan lemah lembut laksana mereka memperlakukan anaknya sendiri. Dengan perhatian dan suri tauladan yang baik maka mereka-kan dapat jadi warga negara yang baik namun mereka dapat membahayakan orang lain apabila diabaikan bahkan diberlakukan dengan buruk. 
            Dari uraian tersebut diatas supaya terlahir generasi yang berakhlak, bermoral,ber-etika, dan berpengetahuan atau berwawasan luas maka proses belajar mengajar seharusnya :
Pertama : Adanya Suri Tauladan yang baik dari Guru dan perangkat Madrasah (bila sedang berada di madrasah) dalam hal ini, tidak hanya dari guru bidang studi Agama saja namun harus dari semua guru baik guru agama maupun guru umum. Sebab ilmu apapun yang diajarkan oleh seorang guru adalah bagian dari ilmu Allah. Contohnya dengan belajar ilmu Biologi seseorang dapat mengetahui rahasia Allah dalam menciptakan makhluk hidup, dengan belajar Bahasa Indonesia – seseorang akan mampu membaca, menulis bahkan menyampaikan unek-uneknya dengan baik, dengan belajar matematika seseorang dapat menghitung dengan benar bahkan seseorang dapat menyelesaikan pelajaran faro’id (ilmu waris) ataupun ilmu falaqiyah (ilmu cara membuat kalender/menetukan bulan) yang kesemuanya ini dapat dipraktekkan dengan baik dan sempurna apabila selalu diiringi dengan Akhlak atau budi pekerti, contohnya seseorang dapat berkomunikasi dengan lancar namun apabila cara menyampaikannya tidak sopan maka hasilnya pun tidak akan baik. Dengan kata lain kemanapun kaki ini berjalan dan dengan siapapun lisan ini berkata maka Akhlak tetap harus dipakai. sehingga seorang guru adalah media paling tepat untuk menanamkan pribadi luhur kedalam jiwa peserta didiknya sehingga tidak ada kata bahwa pembentukan karakter pada anak hanya tugas salah satu guru namun pada semua guru.
Kedua : Kurikulum, dalam hal ini madrasah selain mengajarkan ilmu – ilmu agama, ilmu ilmu umum dan yang tidak boleh ketinggalan adalah skill (ketrampilan diri) baik yang mengarah pada wawasan atau ekonomi. Yaitu selain peserta didik harus menerima pelajaran tentang agama maupun ilmu umum, siswa juga diberi peluang untuk mengembangkan bakatnya. Misalnya : Pelatihan Jurnalistik, Pidato bahasa arab-inggris, MC, bahkan menjahit ataupun Work shop koperasi dan lain sebagainya
Ketiga : fasilitas atau sarana prasarana, dengan semakin lengkapnya sarana prasarana yang dimiliki suatu lembaga pendidikan maka sangat menunjang untuk keberhasilan peserta didik dalam mengimplementasikan kemampuan dirinya.
            Sehingga Madrasah nantinya betul betul dapat melahirkan peserta didik yang :
1.    Menguasai ilmu agama dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama islam dengan tekun, ikhlas semata-mata untuk berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT.
2.    Mampu menghidupkan Sunnah Rosul dan menyebarkan ajaran-ajarannya secara kaafah (utuh)
3.    Berakhlaq luhur, berfikir kritis, berjiwa dinamis dan istiqomah
Berjiwa besar, kuat mental dan fisik, tahan uji, gemar ibadah, tawadlu’, kasih sayang terhadap sesama, mahabbah serta tawakal kepada Allah SWT. 
Wawllohu a’lam bisshowab. By.  Mukhlishotin,