Kamis, 30 April 2020

Santri Zaman Now


SANTRI MILENIAL

Identitas santri hari ini telah berbeda status dengan santri jaman dulu. Apabila dulu santri tuntutannya hanya ngaji dan ngaji bahkan tidak harus bisa tetapi yang penting berangkat dan mengikuti prosesi ngaji dan ngaji, soal nanti mau jadi apa ? semua sudah ada yang ngatur dan semua telah di pasrahkan kepada Alloh SWT dengan tidak meninggalkan kewajiban berproses (Semangat Ikhtiar, Sabar, Syukur, Qona’ah Dan Tawakal) walau tidak pernah tahu kepastiannya. Nyatanya telah banyak santri yang hidup tentram sejahtera nyaman dunia dan insyaAlloh plus akhirotnya. Amin ... tanpa bisa diragukan lagi keberadaan santri. Itu dulu... beda dengan sekarang, Santri sekarang tidak cukup hanya pokok ngaji namun harus benar-benar belajar yang tidak sekedar ngaji akan tetapi sekaligus mengkaji apa yang di ngaji, apa yang di hadapi, apa yang ada di sekitar dan seterunya. Dengan kata lain tidak cukup hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus tahu diri dengan berpikir tentang orang lain serta hamba Alloh SWT yang lain. ini baru santri jaman naw. 

Beberapa bukti hari ini telah banyak santri yang memiliki jabatan dalam pemerintahan maupun di swasta; sebagai penasihat kebijakan pemerintah, sebagai ASN atau pengelola lembaga-lembaga sosial secara luas (urusan kehidupan di dunia sampai akhirat), sebagai pengusaha – tidak sekedar berwirausaha, sebagai penguat laju ekonomi yang tidak hanya dilingkungannya sendiri akan tetapi sampai dibeberapa wilayah, sebagai pelaku dan pengembang pendidikan, sebagai ahli politik yang berperan aktif, dan masih banyak lagi kiprah santri saat ini. Fenomena ini tidak lepas dari kondisi pesantren yang semakin terbuka dalam membimbing santri maupun dalam berinteraksi dan bersinergi dengan pihak luar baik dengan pemerintah maupun non pemerintah (Zamakhsyari Dhofier : 1994) walaupun memang tidak semua santri get lucky sehingga terlihat sebagaimana ungkapan di atas.     

Seiring dengan tuntutan zaman, pulang nyantri - santri tidak hanya di tuntut mampu ngimami sholat namun selayaknya mampu jadi tauladan bagi siapapun yang berada disekitarnya bahkan sebagaimana yang disampaikan oleh Muhammad Syahrul Ramadan (15 jan 2020) mengutip sambutan staf khusus presiden - bapak Aminuddin Ma’ruf dalam lawatannya di PonPes. Al-Falah Modern, Jatirokeh Songgom Brebes. Yang memotivasi santri untuk siap mengelola sumber daya ekonomi strategis bahkan mampu memimpin negara. Sehingga santri ke depan mampu berperan aktif tidak hanya sebatas membela negara dan menjaga negara. Otomatis harapan ini menuntut pesantren untuk semakin berfikir terbuka dalam menyiapkan generasi yang mumpuni.

Apapun kata yang dipakai dalam menggambarkan zaman, namun kewajiban santri untuk ngaji tetap dilaksanakan bahkan tidak hanya ngaji dan ngaji akan tetapi juga mengkaji baik secara teori maupun secara riil sehingga walau posisi masih sebagai santri namun bisa jadi telah berpengalaman secara langsung, hal ini pastinya demi modal awal investasi masa depan, memang tidak semua santri berkesempatan merasakan hal tersebut namun semua juga bergantung dari SDM santri dan menegement masing masing pesantren yang menjadi pilihan individu santri. Sehingga setelah santri kembali ke daerah masing-masing minimal sudah tidak asing dengan kondisi yang dihadapinya dan mampu memilih untuk mandiri atau bekerja sama dengan pihak lain khususnya masalah ekonomi rumah tangga .

Banyak kegiatan santri sehari-hari di pesantren yang telah menjadi tradisi yang berhikmah. Sebagaimana antri (baca Antri membentuk 10 Karakter Pribadi, Pernahkah anda antri ?) tatib santri yang berfungsi sebagai pemantau dan pemelihara santri untuk tidak keluar dari ketentuan pesantren sampai pada syariah islam khususnya, Makan berjama’ah (hemmm.... tidak hanya sholat yang berjama’ah ternyata ...) ta’zir, ghosob, lalaran, dan masih banyak lagi. Dimana istilah-istilah tersebut belum tentu dimengerti oleh seseorang yang tidak pernah tinggal di pesantren atau nyantri.

Zaman tehnologi, menuntut santri melek bertehnologi, era digital – menutut santri lebih akrab dengan komunikasi, namun semua harus bijak dalam memanfaatkannya sebagaimana dengan media tehnologi, santri dengan mudah bisa berbagi ilmu, berda’wah, beriklan, bersosial bahkan bisa memperlancar tali silaturrahmi seseorang bahkan dengan media pula santri bisa berprestasi. Wallohua’lam bissowab.

#BersamaSantriDamailahNegeriIni
#jangankotorinamasantridengantindakantaktahudiri
#maribelajarintropeksidiri

3 komentar: