SANTRI MILENIAL
Identitas
santri hari ini telah berbeda status dengan santri jaman dulu. Apabila dulu
santri tuntutannya hanya ngaji dan ngaji bahkan tidak harus bisa tetapi yang
penting berangkat dan mengikuti prosesi ngaji dan ngaji, soal nanti mau jadi
apa ? semua sudah ada yang ngatur dan semua telah di pasrahkan kepada Alloh SWT
dengan tidak meninggalkan kewajiban berproses (Semangat Ikhtiar, Sabar, Syukur,
Qona’ah Dan Tawakal) walau tidak pernah tahu kepastiannya. Nyatanya telah
banyak santri yang hidup tentram sejahtera nyaman dunia dan insyaAlloh plus
akhirotnya. Amin ... tanpa bisa diragukan lagi keberadaan santri. Itu dulu... beda dengan sekarang, Santri sekarang tidak cukup hanya pokok ngaji namun harus benar-benar belajar yang t idak sekedar ngaji akan tetapi sekaligus mengkaji apa yang di ngaji, apa yang di hadapi, apa yang ada di sekitar dan seterunya. Dengan kata lain tidak cukup hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus tahu diri dengan berpikir tentang orang lain serta hamba Alloh SWT yang lain. ini baru santri jaman naw.
Beberapa
bukti hari ini telah banyak santri yang memiliki jabatan dalam pemerintahan
maupun di swasta; sebagai penasihat kebijakan pemerintah, sebagai ASN atau pengelola
lembaga-lembaga sosial secara luas (urusan kehidupan di dunia sampai akhirat), sebagai
pengusaha – tidak sekedar berwirausaha, sebagai penguat laju ekonomi yang tidak
hanya dilingkungannya sendiri akan tetapi sampai dibeberapa wilayah, sebagai pelaku
dan pengembang pendidikan, sebagai ahli politik yang berperan aktif, dan masih
banyak lagi kiprah santri saat ini. Fenomena ini tidak lepas dari kondisi
pesantren yang semakin terbuka dalam membimbing santri maupun dalam
berinteraksi dan bersinergi dengan pihak luar baik dengan pemerintah maupun non
pemerintah (Zamakhsyari Dhofier : 1994) walaupun memang tidak semua santri get
lucky sehingga terlihat sebagaimana ungkapan di atas.
Seiring
dengan tuntutan zaman, pulang nyantri - santri tidak hanya di tuntut mampu
ngimami sholat namun selayaknya mampu jadi tauladan bagi siapapun yang berada
disekitarnya bahkan sebagaimana yang disampaikan oleh Muhammad Syahrul Ramadan
(15 jan 2020) mengutip sambutan staf khusus presiden - bapak Aminuddin Ma’ruf
dalam lawatannya di PonPes. Al-Falah Modern, Jatirokeh Songgom Brebes. Yang
memotivasi santri untuk siap mengelola sumber daya ekonomi strategis bahkan
mampu memimpin negara. Sehingga santri ke depan mampu berperan aktif tidak
hanya sebatas membela negara dan menjaga negara. Otomatis harapan ini menuntut
pesantren untuk semakin berfikir terbuka dalam menyiapkan generasi yang
mumpuni.
Apapun
kata yang dipakai dalam menggambarkan zaman, namun kewajiban santri untuk ngaji
tetap dilaksanakan bahkan tidak hanya ngaji dan ngaji akan tetapi juga mengkaji
baik secara teori maupun secara riil sehingga walau posisi masih sebagai santri
namun bisa jadi telah berpengalaman secara langsung, hal ini pastinya demi
modal awal investasi masa depan, memang tidak semua santri berkesempatan
merasakan hal tersebut namun semua juga bergantung dari SDM santri dan menegement
masing masing pesantren yang menjadi pilihan individu santri. Sehingga setelah
santri kembali ke daerah masing-masing minimal sudah tidak asing dengan kondisi
yang dihadapinya dan mampu memilih untuk mandiri atau bekerja sama dengan pihak
lain khususnya masalah ekonomi rumah tangga .
Banyak
kegiatan santri sehari-hari di pesantren yang telah menjadi tradisi yang
berhikmah. Sebagaimana antri (baca Antri membentuk 10 Karakter Pribadi,
Pernahkah anda antri ?) tatib santri yang berfungsi sebagai pemantau dan
pemelihara santri untuk tidak keluar dari ketentuan pesantren sampai pada syariah
islam khususnya, Makan berjama’ah (hemmm.... tidak hanya sholat yang berjama’ah
ternyata ...) ta’zir, ghosob, lalaran, dan masih banyak lagi. Dimana
istilah-istilah tersebut belum tentu dimengerti oleh seseorang yang tidak
pernah tinggal di pesantren atau nyantri.
Zaman
tehnologi, menuntut santri melek bertehnologi, era digital – menutut santri lebih
akrab dengan komunikasi, namun semua harus bijak dalam memanfaatkannya
sebagaimana dengan media tehnologi, santri dengan mudah bisa berbagi ilmu,
berda’wah, beriklan, bersosial bahkan bisa memperlancar tali silaturrahmi
seseorang bahkan dengan media pula santri bisa berprestasi. Wallohua’lam
bissowab.
#BersamaSantriDamailahNegeriIni
#jangankotorinamasantridengantindakantaktahudiri
#maribelajarintropeksidiri
Super sekali Bu
BalasHapusTerima kasih pak, masih belajar mohon bimbingannya
Hapuskeren! sangat bermanfaat Bu, info baru bagi Saya,
BalasHapus