Kamis, 30 April 2020

Antri yang membawa hikmah, Pernahkan anda Antri ?

Antri membentuk 10 Karakter Pribadi
Pernahkah anda antri ?
 
Tidak semua orang suka ber-antri ria. Dan tidak semua orang bisa merasakan antri sebagaimana santri yang setiap saat harus menjalaninya walau sudah banyak fasilitas yang di sediakan. Budaya antri bagi santri bukan hal yang asing apalagi istimewa, sebab setiap aktifitas yang di realisasikan sehari hari hampir semuanya dilalui dengan antri terlebih dahulu. Mulai dari bangun tidur, mandi, makan, cuci tangan cuci baju, walau dalam pagi-pagi buta sudah siap tetapi tetap harus antri saja kecuali yang benar-benar datang pertama – for the fast. Sholat subuh sebagai moment pertama atau kedua setelah bangun pagi yang diawali dengan wudhu – di tempat inipun banyak yang tidak lolos dari antri. Mengaji pagi dengan sistem sorogan atau  bandongan juga antri nunggu gilirannya.

Konsumsi pagi sampai malam hampir semua pesantren baik yang salaf maupun yang modern saat ini telah banyak menerapkan sistim kos dimana santri tanpa harus repot-repot masak sendiri akan tetapi telah terpenuhi kebutuhan pokoknya lewat jasa indekos makan dimana hal ini santri harus mengikuti menegement yang telah di atur oleh pihak pesantren, ada pesantren yang menyediakan kantin dimana semua santri bisa memenuhi kebutuhannya di kantin tersebut atau langsung sistim kos yang di kelola oleh pengurus atau pengasuh pesantren. Sebelum berangkat ke madrasah atau sekolah formal (bagi yang sekolah) santri akan antri kamar mandi kemudian mengambil konsumsi, yang semuanya diwarnai dengan antri.
Takjubnya lagi  rutinitas antri ini telah menjadi budaya santri yang tidak tertulis namun tertib untuk dilaksanakan dan lewat antri ternyata mampu membentuk karakter santri. Sebulan – dua bulan, setahun – tiga tahun bisa jadi ada yang enam tahun bahkan lebih rutinitas antri akan menghiasi hari-hari santri selama hidup di pesantren, karena antri sehingga yang dialami santri otomatis tidak akan sama dan secara tidak langsung membimbing santri untuk latihan sabar, solidaritas-tasamuh, saling tolong menolong-ta’awun, sehingga tanpa terasa karakter itu akan terbentuk pada jiwa santri, walau tidak semua santri mampu mengambil pelajaran dari antri namun suatu saat ketika bersosial dengan masyarakat luas, santri akan lebih mampu bersikap sebagaimana karakter yang terbentuk sebelumnya. Kondisi antri ini tidak hanya hadir ketika akan memakai fasilitas pesantren saja bahkan fasilitas milik pribadipun bisa di antri teman teman sesama santri. 

Dalam ber-antri seseorang harus berlaku sabar sampai datang waktu gilirannya tanpa ada ulah mengeluh, berontak apalagi protes minta duluan walau resikonya ketika datang gilirannya pas sesuatu yang di antrinya habis, seperti antri kamar mandi, antri ambil konsumsi, antri bak cuci, antri wudhu, belajar - ngaji sorogan aja juga ngantri ; yang pasti  dalam antri harus mampu bersabar bahkan sangat sabar, bila tidak mampu bersabar maka tidak mungkin bisa antri dengan baik dan sepanjang apapun antriannya tetap tidak akan menimbulkan rasa khawatir, risau, resah, gelisah, galau bahkan pertengkaran, perkelahian apalagi dendam sebab setiap santri yang solider mendapat giliran awal pasti tetap akan memikirkan kondisi teman-temannya sehingga endingnya tidak ada minimal berkurangnya teman yang mendapat ta’zir (di hukum) apalagi kena gudiken (penyakit kulit yang hampir identik dengan kehidupan santri-yang tidak semua santri kena maaf ) gara gara antri kamar mandi yang panjang, jadi malas mandi atau tetap antri akan tetapi kehabisan air sehingga tetap tidak jadi mandi, baju jarang di cuci sehingga muncul aroma yang menyumbat inspirasi. He...he pengalaman nyanding teman yang enjoy dalam kondisi ini.    

Secara tidak langsung ada pesan dalam ber-antri yaitu untuk ikhtiar dan berfikir keras  bagaimana caranya supaya tidak mendapat antri paling belakang ? maka santri harus datang duluan, datang lebih awal, rela bangun pagi, sehingga tanpa menunggu perintah, santri secara individu harus berfikir dan action langsung untuk mengantisipasi dari antrian yang panjang dan resikonya akan terlambat dalam melaksanakan kegiatan berikutnya. Nah ... sebagai santri yang hidup mandiri tanpa didampingi orang tua maka untuk mendapatkan kondisi antri yang nyaman bisa juga kerja sama dengan teman-temannya sesama santri, dalam hal ini tanpa ungkapan apapun dan dari siapapun maka santri tertuntut untuk solidaritas kepada sesama. Dengan solidaritas santri akan miliki sikap saling menjaga, saling membantu, saling ngeman bahkan menghargai santri yang lain layaknya menghargai diri sendiri. Dalam kondisi nyantri atau tinggal di pesantren maka lewat santri yang solidaritas kepada sesama akan hadirkan kenyamanan hati dan bikin betah tinggal di pesantren walau tanpa orang tua atau keluarga sedarah.

Ta’awun yaitu sikap saling tolong menolong, untuk mencapai sesuatu dengan mudah minimal lancar antrinya, walau ada penghalang-kesulitan akan tetapi menjadi hal yang tidak berarti ketika dilakukan secara bersama saling tolong menolong sehingga sebagaimana falsafah siapa yang terbiasa menolong maka akan biasa pula dia mendapatkan pertolongan.

Antri juga dapat menggiring santri untuk bersyukur. Bersyukur ketika mendapat kemudahan antri sebab tidak semua yang antri akan dengan mudah mencapai tujuannya walau telah menempuh antrian yang lama tapi belum tentu yang di tuju selalu mulus didapatkan. Bisa juga santri akan bersyukur karena puas dengan ikhtiarnya, kerja kerasnya, atau karena solidaritas teman temannya.

Qona’ah adalah karakter berikutnya yang bisa terbentuk dalam rutinitas antri, karena seringnya antri sehingga hafal dengan kebiasaan suasana antri, apalagi ketika telah ikhtiar dimana usaha yang dilakukan tidak asal asalan karena sebelum antri mungkin rela bangun lebih awal, berusaha datang awal namun karena kondisi juga akhirnya tetap harus qona’ah menerima kondisi yang tidak sesuai dengan yang di angan-angannya. Memang tidak semua person dapat dengan mudah berqona’ah layaknya bagi mereka yang tidak mampu menahan emosinya sehingga mudah lepaskan kemarahannya yang bisa jadi menimbulkan pertengkaran perkelahian bahkan bisa berlanjut pada dendam berkelanjutan.

Nah... ketika mampu memeneg emosinya ke arah qona’ah lambat laun dapat di giring kepada kondisi ikhlas – rela menerima. Sehingga lengkap, lewat aktifitas antri yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan santri di pesantren maka pelan tapi pasti telah melatih santri untuk tawakkal dimana seseorang bisa dikategorikan bertawakal karena telah ikhtiar dengan sungguh-sungguh, sabar, syukur, qona’ah dan ikhlas dan bonusnya akan terbiasa bersikap toleransi, tolong menolong kepada sesama dimanapun dia berada apalagi jika santri tersebut mau membiasakan diri merenung atau berfikir dengan berbagai hal yang terjadi pada diri sendiri maupun yang ada dilingkungannya sekitarnya sehingga lambat laun faham dan tidak mudah menyalahkan kondisi apalagi menyalahkan orang lain apabila ada maksud yang belum tercapai sesuai dengan target yang di milikinya.    

Rutinitas antri juga akan mencetak karakter anak menjadi mandiri. Sama halnya peristiwa-peristiwa sosial yang tanpa di sangka sangka menghadirkan masalah apalagi ketika muncul kondisi alam yang tidak bersahabat dengan tujuan kita seperti hujan lebat, angin kencang, panas yang sangat, padahal kegiatan yang harus kita lakukan bagian dari hal yang wajib dan tidak dapat di tinggalkan, sehingga menuntut untuk berpikir cepat dalam mencari solusi diri. Naa...h dalam kondisi – kondisi seperti itu akan memunculkan kekuatan dan kemampuan diri tanpa harus menunggu orang lain.   

Sungguh berbahagialah insan yang di beri kesempatan untuk merasakan antri bahkan sampai terasa membosankan bagi yang tidak longgar hatinya ketika antri atau ketika bersamaan dengan kebutuhan yang susah untuk di tahan (baca kebelet) sehingga membuat hati yang tidak nyaman, tidak menerima atau rasa-rasa yang lain yang akan hadir. 
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa antri apabila di terima dengan positif thingking akan membentuk 10 karakter pribadi seseorang  yaitu : 
  1. Sabar 
  2. Ikhtiar dan berpikir keras 
  3. Hadirkan sifat solidaritas tinggi (Tasamuh) -  kesadaran diri 
  4. Ta’awun – sikap tolong menolong 
  5. Tumbuhkan sifat syukur 
  6. Qona’ah 
  7. Ikhlas – rela 
  8. Semangat tinggi - motivasi diri tidak mudah putus asa 
  9. Tidak mudah menyalahkan kondisi dan orang lain 
  10. Mandiri.


Adapun antri yang di hadapi dengan negatif thingking – hati yang tidak lapang maka akan tumbuhkan penyakit hati yang bisa menyulut problem kehidupan secara pribadi maupun sosial. Antara lain : 
  • Jenuh
  • Jengkel/Kesal
  • Permusuhan bahkan bisa membakin seseorang Dendam 

   Memang tanpa adanya berpikir secara logis dan sebuah pengamatan yang panjang maka tidak akan hadir karakter pribadi yang karimah sebagai perwujudan dari aplikasi antri. Wallohu a’lam bissowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar